TEMPO.CO, Ankara - Sebuah mobil meledak di lapangan terbuka di jantung ibu kota Ankara, Turki, Ahad petang, 13 Maret 2016, waktu setempat. Menurut polisi, ledakan ini menewaskan sedikitnya 34 orang dan melukai 125 korban lainnya.
NTV News dalam laporannya, sebagaimana dikutip Al Arabiya News, mengatakan bom tersebut meledak di dekat halte bus di sebuah taman alun-alun utama Ankara, Kizilay. "Ledakan tersebut, selain menewaskan sejumlah orang, juga mengakibatkan puluhan kendaraan terbakar," tulis Arabiya News, Senin, 14 Maret 2016.
Serangan bom mematikan itu berlangsung hanya tiga pekan setelah sebuah bom mobil bunuh diri di Ankara menyasar bus pengangkut personel militer, menyebabkan 29 orang kehilangan nyawa. New York Times menulis, ledakan bom ini memunculkan berbagai pertanyaan mengenai kemampuan pemerintah Turki melindungi warga negaranya. Sebab, peristiwa ini berlangsung hanya beberapa hari setelah Kedutaan Besar Amerika Serikat memperingatkan bakal terjadi serangan teroris terhadap sejumlah gedung pemerintah dan warga di Ankara.
"Sedikitnya 34 orang tewas dan 125 lainnya luka-luka dalam serangan tersebut," kata Menteri Kesehatan Turki Mehmet Muezzioglu.
Hingga saat ini, belum ada pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. "Kami sedang melakukan investigasi," ucap otoritas Turki.
Menanggapi berbagai serangan oleh kelompok bersenjata, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan organisasi teroris saat ini gencar menyerang warga sipil karena mereka sudah tak sanggup lagi melawan pasukan keamanan Turki.
NEW YORK TIMES | AL ARABIYA NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN