TEMPO.CO, Amman - Pemerintah Indonesia dan Yordania sepakat meningkatkan hubungan kerja sama dengan memanfaatkan semua peluang yang ada. “Hubungan RI-Yordania sangat baik, dan terbuka banyak peluang untuk dikembangkan dalam berbagai bidang,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pertemuannya dengan Deputi Perdana Menteri/ Menteri Luar Negeri Yordania Nasser Judeh di Amman, Ahad, 13 Maret 2016.
Kunjungan kerja ke Yordania adalah yang pertama bagi Menteri Retno dan bagian dari peningkatan kerja sama Indonesia dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Dalam pertemuan tersebut, kedua Menteri membahas upaya untuk meningkatkan kerja sama bilateral, khususnya di bidang ekonomi dan people-to-people to contact.
Di bidang ekonomi, kedua Menteri sependapat banyak peluang yang belum dikembangkan oleh kedua negara. Untuk itu, Menteri Retno menekankan pentingnya mengambil langkah guna mendorong diversifikasi produk perdagangan dan investasi yang dilakukan selama ini. "Yordania dapat memanfaatkan hasil produk-produk industri strategis Indonesia yang sangat baik dan peluang investasi yang terbuka di Indonesia untuk terus meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara," tuturnya.
Selama ini Yordania merupakan salah satu sumber utama mineral Indonesia, terutama fosfat yang digunakan untuk membuat pupuk. Dalam upaya mencari peluang baru dan meningkatkan kerja sama ekonomi, Indonesia juga berencana menunjuk Konsul Kehormatan di Al-Aqaba, Yordania.
Selain itu, untuk identifikasi peluang kerja sama baru di berbagai bidang, kedua Menteri sependapat perlunya memperkuat mekanisme Joint Commission Meeting (JCM) Indonesia-Yordania, untuk tidak hanya membahas kerja sama ekonomi dan perdagangan, tapi juga isu-isu lainnya, seperti pendidikan, pariwisata, kesehatan, dan kerja sama dialog antaragama (inter-faith dialogue).
Pada pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri RI dan Yordania juga membahas lebih dalam perihal hasil pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT-LB) ke-5 Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta yang baru saja dilaksanakan. Menteri Retno juga menyampaikan terima kasih atas kontribusi dan kerja sama Yordania dalam upaya mendorong pengakuan kemerdekaan Palestina. "Indonesia menghargai upaya dan peran pemerintah Yordania dalam mendukung perjuangan bersama negara-negara Islam untuk kemerdekaan Palestina," ujarnya.
Raja Yordania King Abdullah II adalah pengampu situs-situs suci di Yerusalem, termasuk Masjid Al-Aqsa. Status khusus Yordania ini termasuk dalam kesepakatan Perdamaian Yordania-Israel. Hasil KTT-LB ke-5 OKI meneguhkan status Yordania tersebut melalui resolusi dan Deklarasi Jakarta. Kedua Menteri sepakat untuk bekerja sama mengarustamakan hasil KTT-LB OKI di Jakarta ke dalam hasil KTT OKI di Istanbul 14-15 April 2016 yang akan datang.
Pertemuan bilateral kedua Menteri menghasilkan dua nota kesepahaman (MOU), yaitu mengenai bebas visa untuk paspor diplomatik dan dinas serta mengenai kerja sama pendidikan diplomatik.
Sebelumnya, seperto diberitakan ynetnews.com, pemerintah Israel melarang Menteri Retno masuk ke Ramallah, Palestina, untuk melantik Konsul Kehormatan Indonesia pertama untuk Palestina, Maha Abu-Shusheh. Dengan adanya larangan itu, pelantikan akhirnya digelar di KBRI Amman, Yordania.
Presiden Indonesia Joko Widodo sangat fokus terhadap isu Palestina saat kampanye Presiden RI pada 2014. Jokowi juga berjanji akan membuka kantor diplomatik di Ramallah untuk menunjukkan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. Jokowi menambahkan pada pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta pekan lalu, akan menunjuk perwakilan dari Palestina, Maha Abu-Shusheh, menjadi wakil kehormatan Indonesia untuk otoritas Palestina.
Jokowi mengatakan Abu-Shusheh akan memperkuat hubungan ekonomi, sosial, dan budaya, serta mendorong pariwisata dan pertukaran bisnis kedua negara. Dia juga akan bertugas membantu wisatawan Indonesia yang bepergian ke wilayah Palestina.
NATALIA SANTI | ARIEF HIDAYAT | YNETWS.COM