TEMPO.CO, Dhaka- Bank Sentral Bangladesh menyatakan rekening mereka yang berada di Bank Sentral Amerika Serikat telah dibajak dan uang sejumlah US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun dicuri dari akun pemerintah Bangladesh.
Bank Sentral Bangladesh menduga bahwa pencuri dunia maya melakukan pencucian uang dari sebagian dana yang dicuri melalui kasino di Filipina. Pihak Kedutaan Besar Bangladesh menyatakan, petugas unit intelijen keuangan Bangladesh kini bekerjasama dengan otoritas anti-pencucian uang FIlipina untuk mencari dana tersebut.
"Ini memungkinkan untuk memulihkan sebagian dari jumlah dana yang dibajak dari rekening cadangan Bank Bangladesh di Amerika Serikat," kata pihak Kedutaan Bangladesh dalam sebuah pernyataan resmi yang dikutip oleh NYPost.com, Selasa, 8 Maret 2016.
Presiden Bank Sentral Amerika Serikat William Dudley membantah bahwa sistem perusahaannya telah dibajak. Melalui juru bicaranya, Andrea Priest, ia mengungkapkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa sistem mereka telah ditembus.
"Sampai saat ini, tidak ada bukti adanya upaya menembus sistem Bank Sentral sehubungan dengan pembayaran tersebut," kata Andrea.
Sekitar 250 Bank Sentral dari pemerintahan dan lembaga lainnya memiliki akun internasional di Bank Sentral AS. Rekening-rekening itu mayoritas disimpan dalam bentuk utang lembaga.
Sebelumnya, Bank Sentral AS yang berada di New York juga dibajak pada tahun 2014. Mereka menuduh seorang warga Inggris berhasil mengakses kemudian mempublikasikan data pribadi pemilik rekening.
NY POST | FRISKI RIANA