TEMPO.CO, Georgetown - Sebanyak 16 orang tewas dalam kerusuhan besar yang terjadi di sebuah penjara di Kota Georgetown, Guyana, Amerika Selatan. Kerusuhan itu dipicu karena para narapidana tidak terima ponsel yang mereka selundupkan disita oleh sipir penjara.
Tentara, polisi, anggota pemadam kebakaran, serta tim penyelamat terlihat berada di tempat kejadian di bawah arahan kepala penjara untuk meredakan situasi.
Menteri Keamanan Publik Khemraj Ramjattan mengatakan narapidana membakar kasur mereka untuk memprotes kondisi di dalam penjara Camp Street. Mereka memprotes banyaknya penghuni di penjara yang telah melebihi kapasitas serta penundaan yang terlalu lama untuk tahanan menunggu persidangan. Ramjattan mengatakan protes itu dimulai setelah penyisiran oleh polisi di sel-sel tahanan untuk mencari barang selundupan.
"Kami menghadapi krisis… akibat beberapa insiden yang terjadi pada sekitar pukul 21.23 malam (waktu setempat)," kata Menteri Khemraj Ramjattan, seperti dilansir BBC, Kamis, 3 Maret 2016.
Adapun sebagian anggota keluarga menunggu di luar penjara dan berdebat dengan petugas penjara ketika ingin mendapatkan informasi tentang keselamatan saudara mereka. Selain korban tewas, delapan tahanan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Presiden David Granger mengatakan telah memanggil pihak-pihak terkait untuk menyelidiki kejadian tersebut.
Kerusuhan dimulai setelah pemeriksaan bulanan untuk mendeteksi barang larangan, yang dilakukan setelah tengah hari pada Rabu. Kepala penjara Kevin Pilgrim mengatakan sebagian ganja dan 19 ponsel disita.
Hukum Guyana mengizinkan tahanan berkomunikasi lewat telepon dua kali setiap minggu.
Penjara Camp Street dibangun untuk menampung 775 narapidana. Namun para pejabat mengatakan sekarang penjara tersebut menampung lebih dari 1.000 orang.
BBC | REUTERS | YON DEMA