TEMPO.CO, Damaskus – Para pemberontak Suriah mengatakan mereka mendapatkan tekanan serangan di daerah dekat perbatasan Turki, meskipun kedua belah pihak menandatangani perjanjian penghentian permusuhan. Amerika Serikat menunjukkan keprihatinannya atas serangan rezim Suriah terhadap warga sipil.
Perjanjian gencatan senjata, yang diprakarsai Amerika Serikat dan Rusia dan efektif pada Sabtu, 27 Februari 2016, meminta dua kubu itu menghentikan pertempuran yang telah berlangsung hampir enam tahun. Kedua belah pihak, baik pemerintah Suriah maupun pemberontak, saling umbar tudingan mengenai pelanggaran perjanjian.
Baca juga: Osama bin Laden Pernah Kirim Surat ke Warga AS, Ini Pesannya
Kantor berita Reuters, mengutip keterangan tokoh pemberontak yang tak disebutkan namanya dan Syrian Observatory for Human Rights—kelompok pemantau berbasis di London, melaporkan bahwa pasukan pemerintah melakukan tekanan dalam sebuah serangan terhadap angkatan bersenjata pemberontak di Provinsi Latakia, dekat perbatasan Turki, pada Rabu, 2 Maret 2016.
Fadi Ahmad, juru bicara Divisi Pantai Pertama, kelompok Tentara Pembebasan Suriah, mengatakan pasukan pemerintah membawa bala bantuan dan bertempur sebelum penghentian permusuhan berjalan efektif. "Perang saat ini sangat sengit," ucapnya kepada Reuters.
Pemerintah Suriah memprioritaskan pengamanan kawasan di perbatasan Turki, yang dijadikan jalur oleh pemberontak untuk suplai senjata dari negara-negara yang menginginkan Presiden Suriah Bashar al-Assad tumbang.
Baca juga: Puing Boeing 777 Ditemukan di Mozambik, Diduga Milik MH370
Daerah yang menjadi medan tempur di Provinsi Katakia itu merupakan kawasan yang dikuasai pemberontak, yakni Kota Jisr al-Shughour, kawasan di sekitar Provinsi Idlib, dan Ghab Plain. Menurut Reuters, pemberontak meningkatkan serangan di kawasan tersebut untuk mengancam Assad.
"Pertempuran berlanjut di daerah vital yang diinginkan rezim, dan di daerah tersebut perjanjian gencatan senjata tidak berlaku," kata tokoh pemberontak. "Kami berada di sini memasuki hari kelima dan tidak ada perubahan sebagaimana daerah di Provinsi Lataia, Homs, dan Hamas."
Belum ada komentar dari Damaskus yang menolak dituding melanggar perjanjian gencatan senjata oleh pemberontak.
Baca juga: Membelot, 8 Milisi ISIS Asal Belanda Dieksekusi
Gedung Putih menyatakan gencatan senjata tampaknya mengurangi serangan udara terhadap posisi oposisi dan warga sipil di Suriah dalam beberapa hari ini. Namun beberapa laporan menyebutkan masih ada serangan yang dilancarkan oleh tank dan artileri.
"Kami menaruh perhatian terhadap laporan yang mengatakan rezim Suriah telah melakukan serangan artileri terhadap penduduk sipil," ujar juru bicara Gedung Putih, Josh Earnes, mengacu pada insiden serangan di dekat Latakia.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN