TEMPO.CO, Damaskus - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengeksekusi delapan anggotanya asal Belanda di Suriah karena mencoba desersi. Demikian kata para aktivis, Senin, 29 Februari 2016.
"ISIS mengeksekusi delapan pejuangnya asal Belanda pada Jumat, 26 Februari 2016, di Maadan, Provinsi Raqqa, setelah menuduh mereka membelot dan memberontak," kata Abu Mohammad, anggota kelompok Raqqa is Being Salughtered Silently (RBSS) melalui statusnya di akun Twitter.
Baca juga: Dokumen al-Qaeda, Osama bin Laden: Negara Islam Akan Hancur
RBSS mendokumentasikan peristiwa pembantaian sejak April 2014 di Raqqa. ISIS mengklaim Raqqa sebagai ibu kotanya. Ketegangan memanas di Raqqa sejak beberapa bulan antara 75 militan asal Belanda—di antaranya pejuang dari Maroko—dan intelijen ISIS asal Irak.
"Tiga militan Belanda lainnya ditahan oleh anggota ISIS Irak yang menuduh mereka ingin melarikan diri. Salah satu di antara ketiga orang tersebut dipukuli hingga tewas selama diinterogasi," kata RBSS.
Sebelum eksekusi dilakukan, lanjut RBSS, para pemimpin ISIS di Raqqa mengirim satu utusan untuk menyelesaikan perselisihan dengan anggota asal Belanda itu, tapi mereka membunuhya karena dendam.
Baca juga: 3 Muslim Tewas Ditembak di Indiana, di Mana Media Amerika?
Selanjutnya, kepemimpinan ISIS di Irak memerintahkan menahan semua anggota kelompok asal Belanda serta memenjarakannya di Tabaqa dan Maadan di Suriah. "Delapan orang telah dieksekusi," tulis RBSS.
Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemerhati hak asasi manusia yang berbasis di London, yang memonitor krisis di Suriah, belum bisa dikonfirmasi soal peristiwa tersebut. Menurut anggota intelijen Belanda, 200 orang dari Belanda, termasuk 50 perempuan, telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN