TEMPO.CO, Jakarta - Tim pemenangan kandidat calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Hillary Clinton telah menyiapkan serangkaian strategi jitu guna memenangkan pertarungan menuju Gedung Putih.
Strategi tersebut diangap penting guna menghadang laju saingan terberat mereka dari Partai Republik, Donald J. Trump, terlebih setelah taipan properti AS tersebut berhasil menang telak di dua pemilihan pendahuluan terakhir.
Demokrat mengatakan mereka berisiko kalah dalam pemilihan presiden jika tidak menganggap serius Trump, yang dianggap berpeluang besar mewakili Republik dalam pemilihan November mendatang.
"Dia tangguh, dia mengerti kecemasan pemilih, dan dia akan menjadi kejam terhadap Hillary Clinton," kata Gubernur Connecticut dari Demokrat, Dannel P. Malloy, seperti yang dilansir New York Times pada 1 Maret 2016.
Tiga strategi utama Clinton dan timnya dalam membendung Trump adalah, menggambarkan Trump sebagai pengusaha yang tidak berperasaan yang telah bekerja melawan kepentingan pemilih kelas pekerja; menyiarkan komentar Trump yang merendahkan perempuan; dan menyoroti sikap tempramennya untuk menunjukkan dia tidak cocok menjadi panglima tertinggi.
Manajer kampanye Clinton, Robby Mook mengatakan telah menyiapkan naskah kampanye dan debat, serta iklan yang dianggap ampuh untuk mengatasi Trump sebagai misoginis (anti-wanita) dan musuh untuk kelas pekerja dan diyakini akan menempatkan bangsa dan dunia dalam bahaya.
Mook dan rekan-rekannya menganggap Trump sebagai lawan yang licik, bertekad kuat dan tak kenal lelah serta mengandalkan kecemasan ekonomi rakyat AS sebagai modal utama untuk meyakinkan pemilihnya dan menggusur lawan-lawannya.
Namun, tim pemenagan Hillary Clinton tersebut percaya bahwa senjata terbesar mengalahkan Trump, adalah sikap berlebihannya dalam menanggapi sesuatu dan berbagai komentar kebenciannya.
Dalam dua kampanye terakhirnya di South Carolina dan Tennessee, Hillary Clinton mulai meletakkan dasar kekuatannya, yakni kampanye melawan kefanatikan. Di mana dia menyatakan bahwa Amerika membutuhkan lebih banyak "cinta dan kebaikan."
"Alih-alih membangun dinding," kata Hillary "kita perlu meruntuhkan hambatan."
Selama perdebatan Republik pada Kamis, tim kampanye Hillary Clinton juga memposting gambar di Instagram yang mengatakan, "Ini bukan nilai-nilai Amerika. Rasisme, seksisme, kefanatikan, diskriminasi, ketidakadilan"
Hal tersebut membantah pernyataan Trump yang menyatakan akan membangun tembok kokoh di perbatasan Meksiko guna membatasi imigran masuk ke AS.
Akan tetapi,David Plouffe, yang berhasil menjalankan strategi kampanye presiden Barack Obama pada 2008,mengatakan bahwa jangan sampai hanya terfokus untuk menjatuhkan Trump dan melupakan program dan kebijakan.
NEW YORK TIMES|YON DEMA