TEMPO.CO, Beijing - Sejumlah citra satelit menunjukkan, Cina kemungkinan sedang memasang sistem radar berfrekuensi tinggi di Kepulauan Spartly. Radar itu memiliki kemampuan mengontrol pulau sengketa di Laut Cina Selatan.
Inisiatif Transparansi Maritim Asia di Pusat Strategis dan Studi Internasioal di Washington melaporkan, beberapa gambar menunjukkan pembangunan fasilitas di Cuarteron Reef dan pulau artifisial seluas 21 hektare.
Kepulauan Spratly diklaim oleh beberapa negara di Asia antara lain Vietnam, Malaysia, Brunei Filipina, dan Taiwan sebagai milik mereka. Kawasan ini tidak hanya dipandang strategis dari sisi pertahanan melainkan juga ekonomi.
Setiap tahun, arus perdagangan yang melewati kepulauan ini senilai US$ 5 triliun atau setara dengan Rp 67.190 triliun.
"Kemungkinan ada dua menara telah dibangun di kawasan tersebut dan ada satu tiang berdiri tegak setinggi 20 meter," ujar laporan tersebut. "Tiang itu dapat dipasang radar berfrekuensi tinggi yang dapat digunakan oleh Cina memantau lalu lintas di permukaan laut maupun udara yang melintasi Laut Cina Selatan."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chuning, ketika ditanya mengenai laporan tersebut, Selasa, 23 Februari 2016, mengatakan, dia tidak mengetahui secara detail, tapi Cina memiliki hak membangun di teritorialnya dan mengerahkan kekuatan pertahanan terbatas.
"Dunia harus memberi perhatian lebih terhadap fasilitas sipil yang dibangun oleh Cina, seperti mercusuar," kata Hua, Selasa. Menteri Pertahanan Cina tak bersedia memberikan komentar ketika ditanya soal fasilitas di kepulauan tersebut.
REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN