TEMPO.CO, Gaza - Palestina menyambut baik usulan Prancis untuk mengadakan Konferensi Perdamaian Timur Tengah. Namun sebaliknya, ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Kami senang hati menyambut inisiatif Prancis. Kami melihat usulan tersebut sebagai sebuah tantangan besar bagi status quo," kata Hosaam Zomlot, penasihat Presiden Palestina Mahmud Abbas, kepada wartawan, Kamis, 18 Februari 2016.
Zomlot menjelaskan, Palestina meminta supaya Perserikatan Bangsa-Bangsa menerapkan resolusi menentang kelanjutan pembangunan gedung Israel di daerah pendudukan sebagai sarat proses perdamaian.
"Tidak akan nyaman bagi kami jika kami harus pergi ke Dewan Keamanan PBB untuk mempertanyakan masalah pembangunan permukiman," kata Zomlot, yang juga seorang pejabat senior di Partai Fatah pimpinan Abas.
Duta besar Prancis untuk Israel, Patrick Masionnave, bertemu dengan pejabat Israel pekan ini untuk membicarakan draf usulan perdamaian. Usulan tersebut juga disampaikan kepada anggota tetap Dewan Keamanan beberapa negara Arab, Eropa, dan organisasi internasional.
Dalam proposal tersebut diusulkan ada dua tahap, pertama diadakan pertemuan tanpa pihak-pihak yang berkonflik. Selanjutnya, hasilnya akan dibawa ke arena konferensi untuk dibahas.
Menanggapi usulan Prancis, Netanyahu mengatakan proposal tersebut membingungkan dan kontraproduktif. Dia beralasan, proposal yang diberikan kepada Palestina tersebut bukanlah insentif untuk kompromi.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN