TEMPO.CO, ANKARA – Jumlah korban tewas akibat serangan bom mobil di ibu kota Turki, Ankara, dilaporkan telah mencapai 28 orang. Presiden Recep Tayip Erdogan mengatakan serangan tersebut melampaui batas-batas moral dan kemanusiaan.
Erdogan mengatakan negaranya bertekad melawan mereka yang melakukan serangan serta kekuatan apa pun yang berada di baliknya. Ia telah membatalkan kunjungan ke Azerbaijan, yang rencananya dilakukan pada Kamis, 18 Februari 2016.
Serangan di jam-jam sibuk pada Rabu, 17 Februari 2016, itu menargetkan kendaraan yang membawa personel militer saat berhenti di lampu lalu lintas. "Setidaknya 28 orang tewas dan 61 lainnya luka-luka," demikian berita yang dikutip dari laman Belfast Telegraph, Kamis, 18 Februari 2016.
Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengkonfirmasi bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh bom mobil.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, tapi Kurtulmus berjanji pemerintah akan menemukan orang-orang di balik serangan itu. Dia mengatakan tujuh jaksa telah ditugasi menyelidiki serangan itu, yang ia sebut sebagai "terencana".
Pemberontak Kurdi, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan kelompok ekstremis sayap kiri dikatakan pernah melakukan serangan di negara itu baru-baru ini.
Proses perdamaian dengan pemberontak Kurdi pernah diupayakan, tapi runtuh pada musim panas. Sedangkan Turki telah membantu upaya yang dipimpin Amerika Serikat memerangi ISIS di Suriah dan telah menghadapi beberapa serangan bom mematikan tahun lalu yang dituduhkan kepada kelompok ekstremis tersebut.
BELFAST TELEGRAPH | MECHOS DE LAROCHA