TEMPO.CO, Damaskus - Semangat menyala gencatan senjata di Suriah redup oleh gempuran jet tempur Rusia guna mendukung Presiden Bashar al-Assad.
Dalam sebuah siaran video yang muncul di media online, seorang bocah melambaikan tangannya dari reruntuhan gedung dan berkata kepada petugas keselamatan bahwa dia masih hidup. Beberapa menit kemudian, petugas membebaskannya dari impitan bangunan. Darah berceceran, anak itu masih bernapas.
Di tempat lain, petugas mengeduk reruntuhan bangunan penuh ketakutan untuk menyelamatkan seorang bayi. Namun mereka terlambat lantaran bayi tersebut sudah tak bernyawa.
CBS News tidak dapat menverifikasi siaran video tersebut ke pihak independen. Tapi mereka sepertinya ingin menunjukkan efek dari ofensif terbaru rezim Suriah di Provinsi Aleppo yang didukung serangan udara Rusia.
Hassan Haj Ali, komandan pemberontak, mengaku pasukannya menerima pasokan senjata dari Amerika Serikat untuk bertempur melawan pasukan Suriah. "Rezim telah membunuh kaum perempuan dan anak-anak," ucapnya. "Rezim juga meminta warga Suriah mengusir pemberontak dari kawasan yang mereka kuasai."
Serbuan pasukan Suriah dan Rusia di medan laga di Provinsi Aleppo menimbulkan kekacauan. Menurut dia, sekarang ini ada petunjuk bahwa kelompok-kelompok yang didukung Amerika mulai berperang satu sama lain untuk bersaing memperebutkan wilayah.
Ali bersama komandan lain yang didukung Amerika menyatakan mereka saat ini berperang melawan pejuang Kurdi, padahal kelompok Kurdi ini juga menerima dukungan senjata dari Amerika.
"Rekan Amerika kami mengatakan mereka menekan Kurdi untuk menghentikan bentrok senjata," ujarnya kepada CBS News. "Namun tidak ada tanda-tanda menghentikan peperangan ini."
Meskipun demikian, sepotong berita bagus datang dari Suriah. Iring-iringan bantuan kemanusiaan membawa makanan dan obat-obatan diperkenankan masuk daerah konflik pada Rabu, 17 Februari 2016. Salah satu kota yang dijangkau bantuan itu adalah Madaya. Di kawasan ini, beberapa orang dilaporkan meninggal karena kelaparan.
CBS NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN