TEMPO.CO, California - Pengadilan memerintahkan Apple, perusahaan teknologi informasi, membuka kode iPhone milik Syed Rizwan Farook, pelaku penyerangan di San Bernardino, Amerika Serikat. Kode iPhone itu diperlukan FBI untuk mengusut kasus ini.
Dalam aksi penyerangan Desember lalu, Farook dan istrinya menewaskan 14 orang di California sebelum polisi akhirnya menembak mati keduanya.
"Perintah pengadilan meminta perusahaan membongkar software keamanan dari iPhone Farook, yang menurut FBI berisi informasi penting," demikian bunyi berita yang dilansir dari laman BBC, 17 Februari 2016.
Apple diperkirakan akan menolak perintah pengadilan itu. Sejak pembaruan perangkat lunak dirilis pada September 2014, data pada perangkat Apple—seperti pesan teks dan foto—telah dienkripsi dengan pola gagal. Ini berarti, jika perangkat terkunci, hanya passcode yang dapat digunakan untuk mengakses data. Jika sepuluh upaya untuk memasukkan kode gagal, perangkat secara otomatis akan menghapus semua data.
FBI telah meminta Apple melakukan dua hal. Pertama, FBI ingin Apple mengubah iPhone Farook sehingga penyidik dapat melakukan upaya terbatas pada kode akses tanpa risiko data terhapus. Kedua, FBI ingin Apple membantu menerapkan cara cepat mencoba kombinasi kode sandi yang berbeda. Farook dianggap menggunakan kode sandi empat digit, berarti ada 10 ribu kemungkinan kombinasi.
Baca Juga:
FBI ingin menggunakan apa yang dikenal sebagai serangan brute force: secara harfiah mencoba setiap kombinasi sampai tersandung pada sandi yang benar dan membuka kunci telepon.
Apple belum menanggapi secara terbuka permintaan tersebut. Namun sumber yang dekat dengan perusahaan itu mengatakan kepada BBC bahwa Apple kemungkinan akan menolaknya.
Pada masa lalu, Apple berjuang keras melawan permintaan untuk mengakses data pribadi pengguna karena akan membahayakan kepercayaan pelanggannya.
BBC.COM | MECHOS DE LAROCHA