TEMPO.CO, Damaskus - Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan gencatan senjata, sebagaimana usulan negara-negara superkuat dalam pertemuan di Muenchen, akhir pekan lalu, sulit diterapkan. Komentar Assad itu disampaikan guna menanggapi rencana mengakhiri perang di Suriah yang dibahas di Muenchen, Jumat, 12 Februari 2016, dan dihadiri para pemimpin dunia.
"Mereka mengatakan ingin melakukan gencatan senjata pada pekan ini. Siapa yang sanggup mengumpulkan kelompok-kelompok bertikai dan berbagai persyaratan dalam sepekan? Siapa pun tak sanggup," kata Assad dalam pidato di televisi.
"Siapa yang berbicara dengan teroris? Jika satu kelompok teroris menolak gencatan senjata, siapa yang akan menanganinya? Pendek kata, berbicara soal gencatan senjata adalah sulit,” ujarnya, sebagaimana transkrip yang diterbitkan kantor berita pemerintah SANAA.
Kekuatan dunia, Jumat, 12 Februari 2016, mendesak semua pihak yang bertikai memberikan akses kemanusiaan melalui Suriah dan gencatan senjata yang dimulai pekan ini. Namun tidak termasuk organisasi yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, Front al-Nusra, atau ISIS.
Namun rincian soal bagaimana proses gencatan senjata tersebut dilaksanakan tetap harus ada kerja keras melalui Panel Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diketuai Amerika Serikat dan Rusia.
Assad mengatakan sebuah gencatan senjata tidak ada artinya bila setiap orang tidak berhenti menggunakan senjata mereka. "Ini pengertian sempit," ucapnya.
Dia menambahkan, "Gencatan senjata harus dimaknai menghentikan kekuatan teroris. Memindahkan senjatanya, peralatan, dan teroris dilarang memperkuat posisi mereka," tuturnya.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN