TEMPO.CO, Islamabad - Presiden Pakistan Mamnun Hussain mendesak warganya untuk tidak merayakan Hari Valentine. Menurut Hussain, Hari Valentine bukan menjadi bagian dari negara mayoritas muslim tersebut.
"Hari Valentine tidak ada hubungannya dengan budaya kita dan itu harus dihindari," kata Hussain seperti dilansir Channel News Asia, Sabtu malam, 13 Februari 2016 dalam sebuah pertemuan yang diadakan untuk menghormati salah satu pahlawan negara kemerdekaan.
Sebagai gantinya, Hussain mendesak orang-orang muda untuk fokus pada studi mereka. Di Peshawar, ibu kota Provinsi Khyber-Pakhtunkhwa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersuara bulat mengeluarkan resolusi melarang perayaan Hari Valentine.
"Sebagian masyarakat kita ingin memaksakan nilai-nilai dan budaya barat pada pemuda kami dengan merayakan Hari Valentine," kata resolusi yang disampaikan oleh anggota dari Jamaat-e-Islami, salah satu partai Islam terbesar di Pakistan.
"Tidak ada tempat dalam budaya kita dan dalam peradaban kita untuk hari tersebut. Perayaan itu hanya bertujuan menyebarkan vulgar dan ketidaksenonohan di kalangan pemuda," katanya.
Pihak berwenang di barat laut distrik Kohat juga menginstruksikan polisi untuk menghentikan setiap perayaan Valentine.
Surat kabar konservatif berbahasa Urdu bahkan beriklan dengan menyebut hari Valentine sebagai A Festival of Obscenity.
"Hanya merenungkan ... besok anak-anak kita akan mulai merayakan Diwali Hindu, Natal Kristen, Festival Islami lainnya. Jadi mari kita menendang keluar festival ini dari kehidupan kita," baris terakhir kata iklan.
Meski dilarang, wartawan AFP di Peshawar menyaksikan masih banyak toko berjualan atribut Valentine, seperti cokelat.
CHANNEL NEWS ASIA | ARKHELAUS