TEMPO.CO, Oslo - Sejumlah negara Eropa mulai mencemaskan pengaruh yang dibawa imigran ke negara mereka. Sebab, para imigran itu mayoritas dari negara-negara muslim yang memiliki latar budaya berbeda dengan mereka.
Kepala Polisi Keamanan Norwegia (SSP) Benedicte Bjornland mengingatkan, para imigran yang gagal berasimilasi dengan masyarakat barat, menimbulkan kerawanan sosial. Ujungnya, tidak mustahil terjadi kerusuhan sipil dan gelombang ekstremisme sayap kanan.
Baca juga:
Selama konferensi keamanan dan pertahanan di Swedia, Bjørnland mengatakan lonjakan pencari suaka dari negara-negara muslim bisa berakibat bentrokan kekerasan. "Kami tidak bisa menerima begitu saja bahwa kelompok populasi baru secara otomatis beradaptasi dengan norma-norma dan peraturan dalam masyarakat Norwegia," kata Bjornland, dikutip dari laman Informationliberation, Selasa, 9 Februari 2016.
"Populasi baru tidak homogen, dan mereka dapat membawa perbedaan etnis atau agama dari tanah air mereka," ujanrya. Bjornland kemudian menegaskan jika masuknya massa imigran dapat memicu "radikalisasi" dan "lingkungan ekstrimis" di antara kelompok-kelompok anti-imigran.
Sementara itu, Anders Thornberg, kepala Layanan Keamanan Swedia, juga mengatakan bahwa negaranya berada di tingkat ancaman tertinggi kedua akibat kehadiran kelompok-kelompok muslim.
Baru-baru ini Kepala Angkatan Darat Norwegia Odin Johannessen, mengatakan bahwa Eropa harus siap melawan untuk mempertahankan nilai-nilai dari ancaman yang ditimbulkan oleh Islam radikal. Ia juga mengungkapkan bulan lalu bahwa kepala tentara Swedia Anders Blattmann telah memerintahkan pasukannya untuk mempersiapkan perang di Eropa.
Blattmann memperingatkan bahwa risiko kerusuhan sosial di Eropa tengah meningkat dan bahwa warga harus mempersenjatai diri. "Ancaman teror meningkat, perang hybrid sedang berjuang di seluruh dunia, prospek ekonomi yang suram dan arus migrasi yang dihasilkan dari pengungsi menjadi dimensi yang tak terduga," kata Blattmann.
Pakar keamanan di Jerman juga telah mengatakan kepada Kanselir Angela Merkel Oktober lalu bahwa kelompok kelas menengah telah menjadi "radikal" sebagai hasil dari kebijakan membuka perbatasan terhadap imigran dan bahwa gangguan dalam negeri bisa terjadi sebagai hasilnya.
INFORMATIONLIBERATION.COM | MECHOS DE LAROCHA