TEMPO.CO, Nashua, NH - Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, menuduh rivalnya, Ted Cruz, melakukan kecurangan dalam pemilihan perdana di Iowa dan menuntut pemilihan ulang.
"Berdasarkan data kecurangan yang dilakukan Senator Ted Cruz dalam pemilihan di Iowa, seharusnya ada pemilihan ulang atau kemenangan Cruz dihapus," kata dia lewat akun Twitter-nya, Kamis, 4 Februari 2016.
"Ted Cruz tidak menang di Iowa, ia mencurinya. Itu sebabnya semua prediksi polling keliru dan itu sebabnya dia mendapat lebih banyak suara daripada yang diperkirakan sebelumnya," tuturnya.
Baca juga: Donald Trump Dinominasikan Jadi Pemenang Nobel
Tuduhan berat ini dilancarkan Trump pada Kamis kemarin dan berlawanan dengan semangat rekonsiliasi yang disuarakan Trump pada Senin malam, ketika ia berpidato menerima kekalahannya di Iowa dan menyampaikan selamat kepada Cruz. Dia juga sempat diwawancarai wartawan dan mengaku "sangat senang atas hasil pemilu di Iowa."
Sehari kemudian atau Rabu, 3 Februari 2016, Trump mulai mengubah strategi. Ia menunjuk sejumlah kecurangan kubu Cruz, termasuk upaya mereka mengirim e-mail yang mirip pengumuman resmi berisi peringatan agar warga Iowa tidak golput. E-mail ini sudah diprotes pejabat pemerintah di Iowa.
Trump juga menyalahkan tindakan pendukung Cruz yang menyebarkan rumor bahwa kubu Carson mundur dari pemilihan dan mendukung Cruz. Akibat tindakan itu, suara Cruz meningkat. "Jadi sebenarnya, saya nomor satu," ucapnya dalam sebuah kampanye. "Ini penipuan pemilu!"
Simak: Donald Trump Kalah di Iowa, Hillary Clinton Menang Tipis
Rumor tentang mundurnya Carson ini memang pertama kali disebarkan pendukung Cruz, Steve King. Juru bicara tim Cruz, Rick Tyler, kepada CNN menegaskan bahwa Cruz sudah meminta maaf kepada Carson atas kesalahan tersebut. "Tim resmi kami tidak pernah melakukan itu," katanya.
Cruz sendiri menertawakan serangan Trump. Dia justru mempertanyakan kesiapan Trump menjadi presiden. "Saya setiap hari bangun pagi dan tertawa pada hal terakhir yang dilakukan Donald Trump di Twitter. Kita butuh commander-in-chief, bukan Twitterer-and-chief," katanya. Dia juga menegaskan bahwa perilaku dua anak perempuannya baik dari seorang calon presiden yang suka menghina orang lain ketika kalah.
NYTIMES | WAHYU