TEMPO.CO, Berlin - Menteri Dalam Negeri Jerman melalui juru bicara Johannes Dimroth menolak seruan partai sayap kiri agar polisi menggunakan kekerasan dengan bedil berpeluru tajam guna mencegah imigran dan pengungsi memasuki negara itu secara ilegal.
Ketika berbicara kepada koran lokal Mannheimer Morgen, 23 Januari 2016, pimpinan Partai Alternatif untuk Warga Jerman (AfD) Frauke Petry mengatakan petugas keamanan seharusnya menggunakan senapan peluru tajam jika diperlukan guna mencegah kaum imigran memasuki perbatasan secara ilegal.
"Tidak ada polisi yang ingin menembak pengungsi, dan saya tidak ingin itu terjadi. Namun polisi harus menghentikan pengungsi memasuki daratan Jerman," ucap Petry.
Pada Senin, 1 Februari 2016, Dimroth menegaskan kembali sikap Jerman bahwa pemerintah menolak usulan kelompok sayap kiri pimpinan Petry. "Tanpa perlu saya katakan, polisi Jerman tidak akan menggunakan peluru tajam melawan masyarakat yang sedang mencari perlindungan di Jerman," ucap Dimroth dalam acara jumpa pers.
"Dan, perlu diketahui, menggunakan peluru tajam untuk menghadapi warga sipil yang melintasi perbatasan secara tidak sah adalah perbuatan melawan hukum."
Sebelumnya, pada awal pekan ini, Kepala Staf Kanselir Jerman Angela Merkel, Peter Altimaier, mengatakan, "Apa yang disampaikan Petry itu absurd dan tidak manusiawi."
Dalam jajak pendapat baru-baru ini diperoleh data AfD menempati posisi ketiga di belakang partai konservatif pimpinan Merkel dan koalisinya dari partai kiri tengah Demokrat Sosial (SPD). Menurut pandangan AfD, kehadiran imigran dan pengungsi menimbulkan masalah di Jerman.
"Telah terjadi ketegangan antara warga Jerman dan pendatang, serangan terhadap para pengungsi, dan munculnya kekerasan seks yang dipicu oleh munculnya warga asing di Jerman," kata Petry.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN