TEMPO.CO, Dover - Kelompok antiimigran dengan membawa simbol-simbol fasis Nazi bentrok dengan kelompok antifasis di Kota Dover, Kent, Inggris.
Bentrokan terjadi setelah kelompok antiimigran yang merupakan gabungan kelompok-kelompok neo-Nazi merangsek barisan polisi yang membentengi kedua kelompok pada Sabtu, 30 Januari 2016.
Kelompok antifasis memang sengaja berkunjung ke kota itu untuk melakukan aksi damai atas menguatnya penolakan terhadap pengungsi atau imigran yang disuarakan oleh kelompok neo-Nazi itu.
Kota Dover pun berubah jadi arena perang. Benda-benda seperti senjata api, swastika (simbol Nazi), pisau, palu, batu bata, dan balok kayu mewarnai bentrok berdarah tersebut.
Foto aksi demo yang dipublikasikan Daily Mail menunjukkan beberapa bendera kelompok pendukung Nazi termasuk slogan-slogan Nazi dibawa oleh kelompok antiimigran itu. Termasuk foto dua demonstran yang sedang memberikan hormat ala era Hitler di hadapan polisi negara bagian Kent.
Di akun Facebook milik National Front, penyelenggara aksi demo kelompok antiimigran, mengunggah tulisan, "Usaha yang sangat baik dan terima kasih kepada semua nasionalis kulit putih yang hadir di Dover hari ini untuk menyelamatkan negara kita dari invasi. Hormat kepada semua pengunjung."
Sejumlah orang terluka dari kedua kelompok. Darah bercucuran dari tubuh sejumlah demonstran. Beberapa mobil rusak terkena lemparan dan coretan swastika.
"Mungkin ini aksi protes yang paling keras yang pernah terjadi, begitu banyak terjadi kontak fisik," kata Vyara Gylsen, peserta demo dari kelompok antifasis.
Sekitar 20 orang terluka dalam bentrokan itu. Polisi menemukan 20 senjata api, pisau, palu, dan batu bata.
Bangkitnya kelompok neo-Nazi tak hanya terjadi di Inggris. Sehari sebelumnya, segerombolan pria bertopeng dan mengenakan bandana di lengan mereka mengejar anak-anak muda imigran di stasiun kereta utama di Stockhlom, Swedia, pada Jumat malam, 29 Januari 2016.
Mereka mengancam anak-anak muda imigran Afrika utara yang hidup di jalanan. Mereka juga membawa poster antiimigran yang berisikan ancaman untuk menghabisi para pendatang.
Polisi segera mengejar para penyebar ancaman kepada para imigran. Polisi menangkap beberapa orang di antara kelompok antiimigran itu.
Swedia baru saja mengumumkan pemulangan sekitar 80 ribu imigran yang masuk ke negara itu. Swedia yang berpenduduk hampir 10 juta jiwa, merupakan salah satu tujuan utama para pengungsi dari Suriah dan Irak yang datang ke Eropa. Tahun lalu, Swedia menerima 163 ribu pengungsi sesuai dengan kebijakan negara itu yang membuka diri bagi imigran.
GUARDIAN | DW.COM | DAILY MAIL | MARIA RITA