TEMPO.CO, Paris - Pemerintah Prancis menyambut baik kunjungan Presiden Iran Hassan Rouhani, Rabu, 27 Januari 2016, dengan janji memperbaiki hubungan baik yang telah lama terjalin. Di samping itu, Prancis juga siap berinvestasi di Iran demi memperkuat ekonomi negeri itu yang sempat terpuruk akibat sanksi internasional.
Rouhani yang dalam kunjungan tersebut juga menemui para demonstran menjelaskan soal sanksi terhadap negerinya. Menurutnya, sejarah telah menunjukkan bahwa Iran sama sekali tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan oleh negara-negara superkuat tentang program nuklir untuk kepentingan militer. Dengan demikian, jelas Rouhani, negara superkuat mencabut sanksi ekonomi pada bulan ini. Dia mengatakan, ini adalah solusi untuk memecahan krisis di Timur Tengah.
"Sekarang, kita harus menggunakan nuansa positif demi semangat baru," ucap Rouhani di depan para pimpinan perusahaan Prancis, Kamis, 28 Januari 2016.
Arab News dalam laporannya, Jumat, 29 Januari 2016, menyebutkan, sekitar 20 kesepakatan bisnis telah diteken usai berlangsungnya pertemuan antara Rouhani dengan Presiden Francois Hollande. Pada pertemuan tersebut, perusahaan otomotif PSA Peugeot Citroen mengumumkan akan bekerjasama dengan Iran Khodro untuk memproduksi kendaraan di Iran pada akhir 2017.
Sementara itu, kelompok oposisi Rakyat Mujahidin Iran menggelar unjuk rasa di luar markas besar mereka di Paris, Kamis, 28 januari 2016, bersamaan dengan kedatangan Presiden Rouhani. Pada saat yang sama pula, 61 anggota parlemen Prancis menandatangani sebuah petisi ditujukan kepada Presiden Hollande berisi cercaan terhadap masalah hak asasi manusia di Iran.
Menurut para anggota parlemen Prancis itu, Iran telah melakukan berbagai eksekusi. "Ini bagian dari strategi ketidakstabilan di Timur Tengah," tulis mereka. Ketidaksukaan anggota parlemen itu dibumbuhi dengan aksi gantung diri seorang perempuan di sebuah jembatan di Paris sambil membawa spanduk bertuliskan, "Selamat datang Rouhani, Anda eksekutor kebebasan."
ARAB NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN