TEMPO.CO, Roma - Pertemuan antara Presiden Iran Hassan Rouhani dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi menuai cemoohan dari sejumlah politikus Italia.
Cemoohan itu berawal pada konferensi pers Renzi dan Rouhani yang diadakan di Museum Capitoline, Roma, pada Senin, 25 Januari 2016. Sejumlah patung yang ada di dalam museum tersebut ditutupi dengan panel-panel kayu.
Foto-foto konferensi pers berikut patung-patung yang ditutupi panel kayu menimbulkan perbincangan di antara para politikus Italia.
Keesokan harinya, seperti diberitakan New York Times, pihak Museum Capitoline menjelaskan bahwa Kantor Perdana Menteri Renzi yang meminta patung-patung telanjang di museum tersebut ditutupi selama Rouhani berada di sana.
Dan saat konferensi pers Renzi dan Rouhani, patung Kaisar Marcus Aurelius juga diberi pakaian lengkap.
Tidak ada penjelasan resmi dari Kantor Perdana Menteri Renzi mengenai alasan menutupi patung-patung telanjang di dalam museum itu.
Politikus Gianluca Peciola dari partai SEL mencemooh kebijakan Renzi itu. Sampai-sampai, Peciola membuat petisi untuk menuntut Perdana Menteri menjelaskan alasannya menutupi patung-patung telanjang. "Memalukan dan sangat memalukan tentang pemahaman mengenai seni dan budaya sebagai konsep universal," tutur Peciola.
Lucunya, selama seminggu Rouhani berkunjung ke Roma, kedua kepala pemerintahan ini justru sepakat mempererat hubungan budaya.
Rouhani berkunjung ke sejumlah negara di Eropa setelah Eropa mencabut sanksi ekonomi terhadap Iran. Sanki itu dicabut setelah negara itu memenuhi semua kesepakatan mengenai program nuklirnya.
NEW YORK TIMES | MARIA RITA