TEMPO.CO, Sydney - Kelompok pencinta hewan mengecam penggunaan primata untuk berbagai percobaan di Australia. Lembaga lingkungan hidup Australia dalam keterangannya kepada Sydney Morning Herald menyatakan ratusan monyet yang didatangkan ke Australia untuk dipakai penelitian kedokteran telah menimbulkan masalah etika serius. "Termasuk kecaman dari kelompok pencinta binatang," demikian pernyataan lembaga ini.
Menurut data yang dimiliki kelompok penyayang binatang yang tergabung dalam Australia’s Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA), selama lebih dari 15 tahun, sebanyak 370 primata telah menjadi bagian dari percobaan. Parahnya, RSPCA menjelaskan, para ahli yang melakukan percobaan tersebut tidak memiliki pengalaman merawat binatang ini.
Selama ini, pemerintah Australia menggelontorkan dana miliaran rupiah untuk berbagai penelitian. Adapun rumah sakit yang juga menggunakan primata ini untuk percobaan, RSPCA menerangkan, menolak memberikan keterangan detail mengenai kondisi primata yang diteliti, termasuk berapa jumlah yang mati atau dibunuh.
Percobaan yang dilakukan para ilmuwan dianggap kejam oleh para pencinta binatang. Ada satu laporan yang menyebutkan seekor babon mati setelah mendapat transplantasi ginjal dari babi. Kekejaman lainnya, menurut penyayang binatang, para ilmuwan memberikan obat-obatan melebihi takaran terhadap seekor marmot untuk diambil matanya demi percobaan pembedahan.
Pelanggaran percobaan itu terutama dilakukan Dewan Penelitian Medis dan Kesehatan Nasional (NHMRC) terhadap koloni babon di Wallacia, Sydney Barat. Di antara 370 primata yang diimpor, sebanyak 255 monyet ekor panjang dari Indonesia, 46 owl monkey (monyet mirip burung hantu) dari Amerika Serikat, 59 marmot dari Swedia dan Prancis, serta 10 monyet ekor panjang dari Prancis.
Kelompok ini menyatakan primata adalah bintang yang memiliki kecerdasan tinggi dengan perilaku dan struktur sosial kompleks. Melakukan percobaan menggunakan binatang ini demi ilmu pengetahuan menimbulkan masalah etika yang serius. "Dampak dari penelitian ini adalah membuat primata tersebut sakit atau menderita. Anehnya, beberapa eksperimen menggunakan binatang lagi untuk penelitian, bahkan dibunuh," demikian pernyataan RSCPA.
RT | CHOIRUL AMINUDDIN