TEMPO.CO, Bangkok - Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand membenarkan terjadi kasus kedua sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) di negara itu.
Menteri Kesehatan Masyarakat Piyasakol Sakolsatayadorn mengatakan pasien pria 71 tahun dari Oman datang ke Thailand pada 22 Januari 2016. Ia lalu dirawat di sebuah rumah sakit setelah batuk dan flu.
Korban ditemukan positif MERS oleh Rumah Sakit Bumrungrad dan Chulalongkorn setelah dirujuk ke Institut Penyakit Menular Bamrasnaradura dan tes laboratorium Departemen Ilmu Kedokteran mengkonfirmasi hal tersebut. "Pria itu kini dikarantina di Institut Penyakit Menular Bamrasnaradura di bagian Departemen Pengendalian Penyakit," demikian pernyataan Piyasakol, seperti dilansir Straits Times pada 24 Januari 2016.
Pihak berwenang sedang mencari lebih dari 250 orang yang mungkin melakukan kontak dengan orang itu. Kementerian kesehatan menyatakan bahwa 37 di antaranya berada pada level "berisiko tinggi" tertular virus.
Thailand membenarkan kasus MERS pertama pada 18 Juni tahun lalu setelah seorang pasien pria 75 tahun melakukan perjalanan dari Oman ke negara tersebut.
MERS disebabkan coronavirus yang berasal dari keluarga yang sama dengan salah satu virus yang mematikan pada 2003, yang disebut wabah China Severe Syndrome Pernapasan Akut (SARS).
MERS pertama kali diidentifikasi pada manusia di Arab Saudi pada 2012 dan sebagian besar kasus banyak ditemukan di Timur Tengah.
STRAITS TIMES | YON DEMA