TEMPO.CO, Islamabad - Saad Shafgat tak kuasa mencucurkan air mata menceritakan wafatnya Doktor Hamid Hussain, dosen mata kuliah Kimia Organik, Universitas Charsadda, Pakistan.
"Saya melihat beliau menenteng senjata dan berlari menuju ke lokasi penyerangan. Beliau menembaki para militan, tapi militan menembaknya hingga tewas," ujar Saad, seorang mahasiswa kepada Al Jazeera, Rabu, 20 Januari 2016.
Taliban Pakistan memang mengaku melakukan serangan terhadap Universitas Charsadda pada Rabu, 20 Januari 2016. Serangan pengecut terhadap komunitas akademik itu menewaskan 20 orang dan melukai 50 korban lainnya.
Menurut sejumlah mahasiswa, Hussain tewas ditembak setelah mencoba menembak balik para penyerang. "Kami akan melakukan apa saja yang bisa dilakukan. Beliau meninggalkan pesan kepada kami sebelum meninggal," kata seorang mahasiswa lainnya.
Jika pemerintah dan pasukan keamanan tidak sanggup menyediakan keamanan bagi kami, kata dia, kami akan bertindak dengan tangan kami sendiri.
Hussain meninggalkan seorang istri dan dua anak. "Saudara perempuanku merasa hancur setelah mendengar kabar kematian suaminya. Kami semua berkabung," tutur Naseem Akhbar, saudara ipar Hussain.
Akhbar melanjutkan, "Dia akan dikenang atas keberaniannya. Hussain mencabut senjata demi melindungi rekan-rekan dan mahasiswanya."
Seorang pejabat distrik yang tak bersedia disebutkan namanya, dengan alasan tak memiliki otoritas, mengatakan warga di distrik tersebut membawa senjata untuk menjaga keselamatan karena situasi keamanan buruk.
"Saya tidak menyalahkan mereka karena serangan bisa terjadi setiap saat. Kami sudah lama meminta tim keamanan di distrik, tapi sejauh ini mereka sepertinya tidak peduli terhadap keamanan kami," ucapnya.
Menurut dia, Universitas Charsadda sudah lama mendapatkan ancaman. Semua orang tahu, termasuk pihak intelijen yang menerima peringatan, bahwa militan akan melakukan serangan.
"Namun tidak ada aksi penjagaan sama sekali," katanya. Sumber Al Jazeera ini melanjutkan, "Banyak orang siap meninggalkan rumah mereka dan angkat senjata melawan teroris di universitas."
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN