TEMPO.CO, Tunis - Pemerintah Tunisia menetapkan jam malam yang berlaku dari pukul enam petang hingga lima subuh di Kota Kasserine menyusul kerusuhan yang dipicu oleh unjuk rasa para pengangguran, demikian laporan media setempat Tunisian News Network, Selasa, 19 Januari 2016. Gelombang demonstrasi ini mengingatkan pada gerakan awal masyarakat sipil di Tunisia, dua tahun lalu yang menggulirkan musim semi Arab atau Arab Spring.
Polisi Tunisia, tulis media lokal, terpaksa menembakkan gas air mata ke arah pegunjuk rasa yang sedang mencari lowongan pekerjaan di sebelah barat Provinsi Kasserine menyusul aksi bunuh diri seorang pria pengangguran dua hari sebelumnya.
"Bentrok antara demonstran pencari kerja dan polisi Tunisia berkembang di Kota Kasserine, ibu kota provinsi, pada Selasa, 19 Januari 2016," kantor berita Tunisia, TAP, melaporkan.
Dalam bentrok tersebut, menurut laporan TAP, setidaknya 23 orang cedera termasuk tiga pasukan keamanan. "Hampir seluruh yang mengalami luka-luka itu akibat terkena sambaran gas air mata," kata TAP. "Jam malam ini diberlakukan dari pukul enam sore hingga lima pagi."
Ridha Yahyaoui, seorang pencari kerja, melakukan bunuh diri di Kasserine pada Ahad, 17 Januari 2016, setelah namanya tidak tercantum sebagai calon pegawai negeri. Yahyaoui putus asa, selanjutnya pemuda ini memanjat tiang listrik sambil mengancam bunuh diri. Dia tewas setelah nekad mengikat dirinya dengan kabel beraliran listrik. Insiden ini membuat pemerintah memerintahkan aparat menyelidiki seputar penyebab kematiannya.
Baca Juga:
Kota Kasserine tersembunyi di dekat perbatasan Aljazair, di Bukit ech Chambi, puncak gunung tertinggi di Tunisia.
Menurut Bank Dunia, angka pengangguran di Tunisia rata-rata 15,3 persen, hanya sedikit di bawah angka rata-rata pascarevolusi di negeri itu pada 2011 yakni 16,7 persen. Tetapi angka ini masih jauh di atas sebelum revolusi yang mencapai 13 persen.
TAP juga melaporkan, pada Selasa, 19 Januari 2016, satu delegasi anggota parlemen akan mengunjungi Kasseerine untuk memonitor perkembangan terakhir di kawasan tersebut. Daeah ini sebelumnya pernah mengalami ketegangan sosial selama beberapa hari.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN