TEMPO.CO, Jakarta - Polisi di Turki telah menahan 59 orang yang dicurigai sebagai milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menyusul serangan bom bunuh diri di Istanbul pada Selasa, 12 Januari 2016. Demikian laporan yang dikutip dari laman Sky.com, Rabu, 13 Januari 2016.
Dua puluh dua bangunan digerebek di provinsi tenggara dari Sanliurfa, Adana, dan Gaziantep, meskipun tidak dikonfirmasi apakah mereka yang ditahan terkait dengan serangan tersebut.
Penangkapan itu dilakukan dalam situasi ketika belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang menewaskan 10 orang—sebagian besar dari mereka adalah wisatawan Jerman—di Sultanahmet Square, sebuah lokasi yang populer bagi wisatawan, tersebut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya mengatakan bom bunuh diri dilakukan seorang pengebom bunuh diri asal Suriah, sedangkan Perdana Menteri Ahmet Davutoglu mengatakan pelakunya adalah anggota ISIS. Kelompok Islam sayap kiri dan pejuang Kurdi juga pernah melakukan serangan di Turki.
Tapi dikatakan banyak yang menyalahkan ISIS untuk serangan terbaru tersebut.
Turki adalah anggota koalisi pimpinan Amerika Serikat yang bertempur melawan ISIS yang telah berhasil merebut sebagian wilayah kekuasaan kelompok teroris di Suriah dan Irak.
Untuk alasan itulah negara ini dipercaya menjadi salah satu target ISIS, dengan dua pengeboman tahun lalu dituduhkan kepada kelompok tersebut, salah satunya di Ibu Kota Ankara, yang menewaskan lebih dari 100 orang.
SKY.COM | MECHOS DE LAROCHA