TEMPO.CO, Teheran - Ketegangan Iran melawan Arab Saudi kian meningkat setelah Negeri Mullah itu menuding Riyadh menggempur kantor kedutaan besarnya di ibu kota Yaman, Sanaa, dengan serangan udara.
Menteri Luar Negeri Iran, Kamis, 7 Januari 2016, mengatakan, sejumlah jet tempur Saudi sengaja menggempur kedutaan Iran di Yaman dalam serangan udara menyebabkan staf cedera.
"Aksi ini disengaja oleh Arab Saudi. Serangan tersebut adalah pelanggaran konvensi internasional atas perlindungan misi diplomatik," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Hossein Jaber Ansari sebagaimana disampaikan melalui televisi pemerintah.
"Pemerintah Saudi bertanggung jawab atas berbagai kerusakan termasuk terhadap staf kami yang mengalami luka-luka," Ansari menambahkan.
Saudi - memimpin koalisi dalam pertempuran di Yaman- melalui juru bicara pasukan koalisi Brigadir Jenderal Ahmed Asseri sebagaimana diwartakan Reuters, mengatakan, "Kami akan menyelidiki tudingan Iran."
Asseri menjelaskan, jet tempur pasukan koalisi melakukan serangan di Sanaa pada Rabu malam, 6 Januari 2015, waktu setempat, dengan sasaran misil peluncur yang digubakanoleh pejuang Houthi melawan Arab Saudi. "Haouthi menggunakan berbagai fasilitas umum termasuk kantor kedutaan besar yang ditinggalkan pemiliknya."
Jnderal bintang satu ini menambahkan, pasukan koalisi meminta kepada seluruh negara menyampaikan koordinat letak kedutaan masing-masing. "Apa yang disampaikan oleh Houthi sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan."
Ketegangan antara negara pemegang kekuatan di kawasan regional itu meningkat ditambah dengan keterlibatan kedua negara dalam perang di Yaman.
Pada Ahad, 3 Januari 2016, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah kantor kedutaannya di Teheran diserang oleh para demonstran. Unjuk rasa ituberlangsung menyusul ketidaksukaan Iran atas hukuman mati Kerajaan terhadap ulam Syiah Nimr al-Nimr bersama 46 orang -hampir seluruhnya kaum Sunni- lainnya yang didakwa terlibat dalam terorisme.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN