Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Budak Seks Jepang Warga Filipina Tuntut Kompensasi

image-gnews
Seorang wanita menangis saat berunjuk rasa memprotes perjanjian antara Jepang dan Korea Selatan untuk menyelesaikan masalah mantan budak seks Korea Selatan di luar kediaman Perdana Menteri Shinzo Abe di Tokyo, Jepang, 29 Desember 2015. Sebanyak 200 ribu perempuan diperkirakan telah dipaksa menjadi budak seks untuk tentara Jepang selama Perang Dunia kedua. Kebanyakan perempuan tersebut berasal dari Korea dan sisanya berasal dari Cina, Filipina, Indonesia dan Taiwan. AP/Eugene Hoshiko
Seorang wanita menangis saat berunjuk rasa memprotes perjanjian antara Jepang dan Korea Selatan untuk menyelesaikan masalah mantan budak seks Korea Selatan di luar kediaman Perdana Menteri Shinzo Abe di Tokyo, Jepang, 29 Desember 2015. Sebanyak 200 ribu perempuan diperkirakan telah dipaksa menjadi budak seks untuk tentara Jepang selama Perang Dunia kedua. Kebanyakan perempuan tersebut berasal dari Korea dan sisanya berasal dari Cina, Filipina, Indonesia dan Taiwan. AP/Eugene Hoshiko
Iklan

TEMPO.CO, Manila - Sekelompok perempuan tua Filipina yang diperkosa tentara pendudukan Jepang selama Perang Dunia II menuntut kompensasi, Rabu, 6 Januari 2016. Tuntutan itu disampaikan menyusul janji Jepang memberikan ganti rugi kepada perempuan Korea Selatan senilai USD 8,3 juta atau sekitar Rp 116 miliar karena dipaksa menjadi budak nafsu militer Jepang di rumah bordil.

Pengacara perempuan Filipina dalam keterangannya mengatakan, mereka kemungkinan juga akan mengajukan persoalan ini ke Perserikatan Bangsa-Bangsa karena ada kecenderungan Presiden Filipina Beningo Aquino III tak melakukan aksi berarti terhadap Jepang.

Isabelita Vinuya, Presiden Lolas Malaya, sebuah kelompok perempuan korban penculikan dan perkosaan oleh tentara Jepang, mendesak pemerintah Filipina mendukung tuntutannya demi keadilan dari Jepang.

"Kami telah memohon lebih dari sekali atau dua kali kepada pemerintah kami memberikan bantuan dan dukungan kepada kami agar supaya mendapatkan keadilan dari Jepang atas penderitaan kami selama Perang Dunia II," kata Vinuya yang kini berusia 84 tahun dalam sebuah acara jumpa pers. "Banyak perempuan yang telah meninggal sebelum mereka memperoleh keadilan," tambahnya.

Jepang dan Korea Selatan, pekan lalu, mengyatakan bahwa sempat mengalami kebuntutan hubungan terkait dengan budak seks yang berlangsung di masa Perang Dunia II. Ketika berkunjung ke Korea Selatan, Perdana Menter Jepang Shinzo Abe meminta maaf dan sepakat akan memberikan bantuan sebesar satu juta yen atau setara dengan Rp 116 miliar untuk sebuah yayasan guna membantu para korban. Sejumlah sejarawan mengatakan, puluhan ribu perempuan dari kawasan Asia dikirimkan ke garis depan rumah bordil militer untuk memenuhi kebutuhan seks tentara Jepang.

"Adakah perbedaan dalam perkosaan yang menimpa kaum perempuan Korea Selatan dan Filipina," ucap Harry Rouge, pengacara korban dalam jumpa pers, Rabu, 6 Januari 2016. "jawabnya adalah tidak ada perbedaan, sebab perkosaan adalah kejahatan terhadap perempuan dan melanggar hukum internasional serta dipertimbangkan diadili di Mahkamah Internasional."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia menegaskan, Mahkamah Agung Korea Selatan telah memerintahkan pemerintah berjuang demi hak korban. Sementara itu, pengadilan tinggi Filipina menolak gugatan Vinuya dana 70 korban lainnya terhadap Jepang pada 2010. "Pengadilan Filipina juga menolak banding yang diajukan korban."

Vinuya mengatakan, dia berusia 13 tahun ketika tentara Jepang memperkosa kaum perempuan dan anak-anak di Desa Mapaniqui di provinsi Pampanga, sekitar 60 kilometer utara Manila. "Tentara Jepang juga membakar rumah dan membunuh laki-lagi di desa tersebut," ucapnya.

Dia menambahkan, "Hanya 32 perempuan Filipina yang hidup hingga hari ini. Jumlah tersebut turun dari sebelumnya 90 perempuan yangmengajukan gugartan sejak 1992. Mereka semua adalah korban budak nafsu tentara Jepang."

NDTV | CHOIRUL AMINUDDIN


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

21 Agustus 2017

Kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina, Februari 2009. REUTERS
Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

Sekitar 60 milisi Abu Sayyaf menyerang Kota Maluso di Pulau Basilian, Filipina selatan, dinihari tadi, menyebabkan 9 warga sipil tewas dan 10 terluka.


Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

27 Juli 2017

Rodrigo Duterte. REUTERS
Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

Duterte mencerca Oxford setelah universitas itu merilis hasil penelitian perihal sang presiden dan buzzer atau penggaung di media sosial.


Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

8 Juli 2017

Kel Cruz dan salah satu lukisannya. oddyitycentral.com
Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

Kel Cruz, seniman asal Kota Quezon, Filipina menggunakan berbagai elemen unik termasuk darah untuk melukis


Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

27 Juni 2017

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, melakukan
Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

Pemerintah Filipina akhirnya angkat bicara soal keberadaan Presiden Rodrigo Duterte yang belakangan diisukan sakit berat karena jarang terlihat.


Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

29 Mei 2017

Militer Filipina mengikuti salat Jumat berjamaah si sebuah masjid di kota Marawi, Filipina Selatan, 26 Mei 2017. Pejabat Filipina mengatakan bahwa kota Marawi tengah dikuasai milita Maute yang merupakan gerilyawan terkait ISIS. (Jes Aznar/Getty Images)
Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

Sejak peperangan berlangsung, hampir 200 ribu penduduk Marawi mengungsi ke Iligan berjarak sektar 38 kilometer ke arah utara.


Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

28 Mei 2017

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (kiri), dan Pasangannya Honeylet Avancena mengobrol saat mereka menunggu kedatangan para pemimpin Asia Tenggara untuk upacara pembukaan KTT ASEAN Leader ke-30 di Manila, Filipina, 29 April 2017. Pasangan ini terlihat mesra saat menyambut tamu negara. AP/Bullit Marquez
Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

Presiden Rodrigo Duterte dengan nada bercanda, membuat lelucon bahwa anggota militer dapat memperkosa sampai 3 wanita.


Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

27 Mei 2017

Asap hitam mengepul ke langit, usai militer pemerintah Filipina melancarkan serangan udara ke sebuah lokasi yang telah dikuasai oleh militan Maute di kota Marawi, Filipina Selatan, 27 Mei 2017. REUTERS
Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

Iqbal menjelaskan ke-17 WNI dalam keadaan baik tinggal di Kota Marawi.


Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

25 Mei 2017

Pasukan militer Filipina tengah terlibat baku tembak dengan militan Maute yang telah menguasai sebagian kota Marawi di Filipina Selatan, 25 Mei 2017. REUTERS
Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

Uskup memperingatkan warga Marawi agar berhati-hati dan bekerjasama dengan militer.


Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

25 Mei 2017

Pasukan militer Filipina tengah terlibat baku tembak dengan militan Maute yang telah menguasai sebagian kota Marawi di Filipina Selatan, 25 Mei 2017. REUTERS
Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

Angkatan Bersenjata Filipina mengerahkan sekitar 100 pasukan didukung oleh helikopter guna merebut Marawi dari tangan Maute.


Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

24 Mei 2017

Tentara dilaporkan bertempur dengan kelompok afiliasi ISIS di Marawi, Filipina. Twitter.com
Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

Kelompok Maute yang juga dikenal sebagai Dawlah Islamiya Filipina kini menjadi sorotan atas serangannya terhadap Kota Marawi, Selasa lalu.