TEMPO.CO, New York - Perang saudara di Suriah, yang berlangsung sejak 2011, kemungkinan besar diwarnai penggunaan senjata kimia. Hal tersebut disampaikan Kim Won-soo kepada wartawan, Selasa, 5 Januari 2016, seusai menghadiri pertemuan tertutup Dewan Keamanan dengan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Sejumlah laporan menyebutkan tim penyelidik OPWC telah melakukan pemeriksaan terhadap sampel darah. Hasilnya menunjukkan ada beberapa orang menderita akibat terkena atau terpapar bahan kimia.
"Penyelidikan akan dilakukan lebih lanjut, kapan mereka terpapar bahan kimia tersebut," bunyi laporan tim OPCW.
OPCW adalah lembaga yang hanya bertugas menemukan fakta di lapangan dan diserahkan ke Dewan Keamanan. Selanjutnya, Dewan Keamanan akan membentuk tim ahli yang akan menyelidiki penggunaan senjata kimia dalam perang Suriah.
"Kami bukan dalam posisi mengambil keputusan karena kami hanya bertugas menemukan fakta di lapangan. Ada lembaga lain yang akan menginvestigasi hasil temuan tersebut," ujar juru bicara OPCW, Malik Ellahi.
Kelompok oposisi dari Koalisi Nasional Suriah mendesak OPCW melakukan investigasi serangan dengan bahan kimia di daerah pinggiran Miadamiyeh, Damaskus. Kawasan ini sekarang dikepung pasukan pemerintah.
Oposisi menuduh rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai pelaku serangan menggunakan bahan kimia. Namun pemerintah Suriah menolak tudingan tersebut.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN