TEMPO.CO, Zhushigang - Patung raksasa pemimpin besar Cina, Mao Zedong, selesai dibangun di Desa Zhushigang, Provinsi Henan, Cina tengah, pada Desember 2015. Patung itu terbuat dari campuran baja dan emas setinggi 36,6 meter.
Pembangunan patung Mao selama sembilan bulan menghabiskan dana Rp 6,4 miliar. Dana sebesar ini disumbang para pengusaha Cina.
Mao diagungkan di Cina sebagai pemimpin revolusi serta simbol kejujuran dan keadilan. "Dalam hati orang-orang biasa, Mao mewakili kebenaran dan keadilan. Jadi orang memiliki hubungan emosional tertentu dengannya," kata Dekan Pusat Penelitian Mao Zedong, Liu Jianwu, seperti dilansir Mirror, Selasa, 5 Januari 2016.
Di kalangan masyarakat di luar Cina, Mao dikenal sebagai pemimpin yang membawa kelaparan besar yang merengut jutaan nyawa warga Cina.
Pembangunan patung Mao yang menghabiskan dana miliaran rupiah itu menuai protes lewat media sosial. "Bagaimana jika uang itu digunakan untuk mengentaskan kemiskinan," ujar seorang pemilik akun Weibo--semacam Facebook di Cina.
Menurut para pendukungnya, Mao merupakan pemimpin yang membangun Cina menjadi kekuatan dunia. Pendidikan dan perawatan kesehatan di negara itu membaik serta harapan hidup warga meningkat saat dia memimpin Cina. Dia juga membantu menaikkan populasi dari 550 juta ke lebih dari 900 juta. Dia meninggal dunia pada 1976 dalam usia 82 tahun.
Menjelang akhir kekuasaannya, Mao bahkan mulai menerapkan kebijakan Cina yang terbuka, ditandai dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat Richard Nixon ke Beijing pada 1972.
Pemimpin Cina saat ini, Xi Jinping, menyatakan dukungannya atas pembangunan monumen sebagai bentuk menjunjung tinggi panji pemikiran Mao Zedong selamanya. Jinping menyebut Mao sebagai tokoh besar yang mengubah wajah bangsa dan memimpin orang-orang Cina ke harapan baru.
MECHOS DE LAROCHA | MIRROR.CO.UK