TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan prihatin atas memburuknya hubungan Arab Saudi dengan Iran. Lebih jauh, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akan berupaya mencari solusi terbaik dengan menghubungi Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Menteri Luar Negeri Iran dan Arab Saudi.
"Pemerintah Indonesia mengikuti dengan prihatin perkembangan hubungan antara Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan Republik Islam Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Christiawan Nasir kepada Tempo, 4 Januari 2016.
"Pemerintah Indonesia menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya eskalasi keadaan serta membahayakan stabilitas dan keamanan kawasan," kata Arrmanatha.
Hubungan antara Iran dan Arab Saudi memburuk menyusul hukuman mati terhadap al-Nimr pada Sabtu pekan lalu. Ulama pengkritik keras kerajaan Saudi ini bersama 46 terpidana lain dihukum dalam kasus terorisme. Nimr, 57 tahun, merupakan tokoh di balik gerakan protes anti-pemerintah di Arab Saudi pada 2011.
Nimr dihukum bersama tiga orang aktivis Syiah lainnya serta puluhan aktivis Sunni yang dituduh terlibat dalam serangan Al-Qaidah. Eksekusi Nimr memicu demonstrasi di Iran, Irak, dan Bahrain serta kalangan Syiah di provinsi timur Saudi yang kaya minyak.
Baca Juga:
Pemancungan Nimr juga menyulut kecaman dari dunia internasional. Reaksi paling keras datang dari Republik Islam Iran—musuh bebuyutan Saudi. Riyadh bahkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada Ahad sebagai respons atas serangan demonstran terhadap kedutaan Saudi di Teheran dan Mashdad sehari sebelumnya.
Sementara itu, di Eropa, Prancis dan Jerman mengutuk keras eksekusi Syeikh Nimr oleh pemerintah Arab Saudi. “Kami menentang hukuman mati di mana pun dan dalam situasi apa pun,” demikian pernyataan kementerian luar negeri Prancis. Seruan senada menggema dari Berlin. “Hukuman mati adalah hukuman yang tidak manusiawi.”
Prancis dan Jerman khawatir keretakan hubungan antara Saudi dan Iran dapat merembet pada konflik agama dan sektarian. Arab Saudi, yang dipimpin oleh rezim Sunni Wahabi, telah lama tidak seiya-sekata dengan Iran, negara berpenduduk mayoritas penganut Syiah. Kedua negara tersebut berebut pengaruh di Timur Tengah.
RIA NOVOSTI | WASHINGTON POST | MALAY MAIL ONLINE | NATALIA SANTI | MAHARDIKA SATRIA HADI