TEMPO.CO, Damaskus – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus, Suriah, memulangkan 26 warga Indonesia lewat Bandara Internasional Damaskus di malam Natal, 24 Desember 2015. Para tenaga kerja wanita itu merupakan repatriasi ke-270 yang dilakukan KBRI Damaskus sejak 2012.
Dengan pemulangan itu, di penampungan KBRI masih terdapat 28 warga Indonesia yang menanti dipulangkan. Meski demikian, jumlah tersebut terus bertambah setiap harinya. Para warga Indonesia tersebut rata-rata adalah korban perdagangan manusia. Mereka dikirim oleh agen-agen TKI ilegal dari Indonesia dan tidak tahu akan dikirim ke Suriah.
“Kalau saya mampir ke pusat penahanan imigrasi Bandara Damaskus, ada saja perempuan Indonesia yang dikirim sebagai TKI. Tidak pasti jumlahnya, sekitar 5-10 orang per bulan, padahal sudah stop dan ada larangan total oleh Menteri Tenaga Kerja RI," kata A.M. Sidqi, pejabat Penerangan dan Sosial Budaya KBRI yang kali ini mendampingi rombongan repatriasi.
Pada 2015 saja, KBRI menangani 89 korban perdagangan manusia. Satu di antaranya patah tulang dan satu lagi meninggal karena mencoba kabur dengan melompati pagar apartemen majikan. “Saya ingin mata publik di Indonesia terbuka tentang perlindungan WNI di tengah gejolak konflik di Suriah ini,” kata dia.
Para majikan di Suriah, rata-rata membayar US$ 7.000 hingga US$ 9.000 untuk mendatangkan TKI. Jika kontraknya belum selesai dan minta dipulangkan, majikan menunjukkan bukti pembayaran kepada KBRI. “Ganti dulu uang saya US$ 8.500,” kata Sidqi menirukan majikan.
Dia menambahkan yang menikmati dari ‘bisnis’ perdagangan manusia itu adalah para agen TKW di Indonesia dan Suriah. Sedangkan anggaran negara habis digunakan untuk memulangkan para TKW yang ketakutan di Suriah.
Dalam 270 gelombang repatriasi sejak tahun 2012 silam, KBRI Damaskus memulangkan 12.917 WNI dari Suriah, baik melalui Lebanon maupun Yordania.
Duta Besar RI di Damaskus, Djoko Harjanto, menyatakan perlu partisipasi semua pihak untuk menghentikan pengiriman TKI ke negara konflik seperti Suriah. “Indonesia saat ini membutuhkan partisipasi semua warganya, baik laki-laki dan perempuan untuk bersama-sama berkontribusi dalam membangun Indonesia,” kata dia sambil menambahkan tidak perlu lagi ada TKI yang berangkat ke Timur Tengah, apalagi negara yang sedang konflik untuk mencari kerja.
NATALIA SANTI