TEMPO.CO, Damaskus - Sekitar 43 orang tewas dalam serangkaian serangan udara yang dilakukan oleh pesawat Rusia di kota Idlib, Suriah, pada 20 Desember 2015. Keterangan ini didapatkan dari warga dan aktivis. Komite Koordinasi Lokal, jaringan aktivis antirezim, mengatakan lebih dari 170 orang terluka dalam serangan itu.
Seperti dikutip BBC, pasar, rumah, dan bangunan resmi menjadi target serangan. Dari keterangan pekerja sipil setempat, diketahui mayat-mayat warga masih dicoba dikeluarkan dari reruntuhan.
Pihak Rusia belum mengkonfirmasi apakah memang benar mereka melakukan serangan di daerah tersebut. Rusia melakukan serangan udara untuk mendukung Presiden Bashar al Assad sejak September. Mereka mengatakan hanya menargetkan teroris, tapi para aktivis mengatakan serangan yang dilancarkan justru memukul kelompok pemberontak yang didukung oleh negara-negara barat.
Sebuah koalisi pemberontak Islam yang antipemerintah Bashar al Assad merebut Kota Idlib pada awal tahun ini. Ini merupakan pusat provinsi kedua yang jatuh ke tangan pemberontak selama konflik setelah Kota Raqqa dikuasai ISIS.
Kemajuan mereka di daerah menimbulkan ancaman bagi wilayah pesisir di dekatnya yang merupakan benteng dukungan bagi pemerintahan Presiden Assad. Pada hari yang sama, ada ledakan di bus militer di pinggiran ibu kota Damaskus, yang mencederai beberapa orang.
Awal pekan ini, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyetujui sebuah resolusi yang menguraikan proses perdamaian di Suriah. Resolusi menyetujui pembicaraan antara pemerintah Suriah dan oposisi pada awal Januari serta gencatan senjata.
Namun perbedaan pendapat tetap antara kekuatan dunia yang ada di Suriah terkait dengan peran Presiden Assad di masa depan Suriah. Perang Suriah memasuki tahun kelima dan telah menewaskan lebih dari 250.000 orang dan menelantarkan jutaan lebih masyarakat.
BBC | DIKO OKTARA