TEMPO.CO, Los Angeles - Pemerintah Kota Los Angeles menutup lebih dari 1.000 sekolah pada Selasa, 15 Desember 2015, menyusul ancaman serangan bom dan serangan bersenjata. Kondisi itu menyebabkan ratusan ribu siswa harus berada di rumah.
Namun keputusan Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti tersebut dikritik oleh banyak pihak karena tindakannya dianggap berlebihan. Sebab, otoritas kemudian menginformasikan bahwa ancaman tersebut mungkin palsu atau hoax.
Pihak berwenang mengatakan email ancaman itu "disalurkan melalui Jerman", tapi mungkin berasal dalam negeri.
Ancaman tersebut dibuat hampir dua minggu setelah serangan pasangan suami istri yang dikaitkan dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di San Bernardino sehingga menewaskan 14 orang dan melukai 22 lainnya.
Seperti yang dilansir LA Times pada 15 Desember 2015, Inspektur Sekolah Los Angeles Ramon Cortines mengatakan semua sekolah di Los Angeles diharapkan dibuka kembali pada Rabu, 16 Desember 2015.
"Berdasarkan kondisi saat ini, saya tidak bisa meremehkan situasi itu," kata Cortines dalam suatu konferensi pers sambil mengisyaratkan bahwa semua sekolah di Distrik Los Angeles Unified diharapkan dibuka kembali pada Rabu.
Seorang juru bicara Departemen Polisi Los Angeles mengatakan ancaman itu dilihat sebagai satu penipuan.
YON DEMA | LA TIMES