TEMPO.CO, Al Hasakah - Prajurit perempuan Kurdi, yang berhasil mengusir milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kembali ke Suriah utara, mengatakan anggota ISIS sesungguhnya takut kepada tentara wanita.
Tentara wanita Kurdi yang bergabung dengan Unit Perlindungan Perempuan, sebuah faksi dari YPG, dibentuk tiga tahun lalu dan telah dipuji sebagai kekuatan vital merebut Ayn al-Arab dengan perkiraan 10 ribu tentara relawannya.
Salah seorang komandan, Telhelden, 21 tahun, mengatakan kepada CNN bahwa keberadaan pejuang perempuan telah mengambil keuntungan di hadapan ISIS.
"Mereka pikir mereka berjuang atas nama Islam," kata Telhelden, sebagaimana dilansir dari laman Belfast Telegraph, 10 Desember 2015. "Mereka percaya, seorang Daesh (ISIS) yang dibunuh oleh seorang gadis, seorang gadis Kurdi, tidak akan masuk surga. Mereka takut anak perempuan."
Telhelden, nama yang dalam dunia perang di Kurdi berarti "balas dendam", berbicara dari Provinsi Al-Hasakah. Ia dan tentaranya baru-baru berhasil mengusir ekstremis dari Al-Houl.
Efelin, seorang pejuang lain, 20 tahun, bersumpah, jika ISIS mencoba kembali, mereka tidak akan membiarkan satu pun anggota ISIS hidup.
MECHOS DE LAROCHA | BELFAST