TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, menyatakan lebih banyak warga muslim di Inggris yang bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) daripada bergabung dengan angkatan bersenjata Inggris. Pernyataan itu dia lontarkan menyusul adanya petisi yang melarang Trump masuk ke Inggris.
Calon presiden berusia 69 tahun itu menuliskan pernyataannya tersebut lewat akun Twitter, @realDonaldTrump, yang diikuti link ke artikel di National Review. Artikel majalah yang dijadikannya rujukan tersebut memuat data perbandingan jumlah muslim di Inggris yang bergabung dengan ISIS dan yang bergabung dengan angkatan bersenjata Inggris.
BACA: Hillary Clinton Serang Donald Trump: Kata-katanya Memalukan!
Dalam artikel tersebut, perwakilan buruh Birmingham, Perry Barr Khalid Mahmood, mengatakan ada sekitar 2.000 jihadis Inggris pada Agustus 2014. Sementara itu, menurut data Departemen Pertahanan Inggris, warga muslim di Inggris yang bergabung dengan angkatan bersenjata Inggris pada saat itu hanya sekitar 600 orang.
Duta Besar Inggris di Amerika Serikat, Peter Westmacott, secara terang menentang pernyataan Trump dan mendukung petisi pelarangan Trump yang telah memperoleh 525 ribu tanda tangan. "Trump menyebut Inggris berusaha menyamarkan problem warga muslim di Inggris. Menurut kami, itu tidak benar. Kami sangat bangga akan warga muslim kami," ujarnya.
BACA: Fahri Hamzah: Donald Trump Itu Orang Pasar, Enggak Tahu Konstitusi
Westmacott pun meyakini, apabila pemerintah Inggris ingin memerangi ancaman dan meredam ideologi ISIS menyelundup ke Inggris, mereka harus bekerja sama dengan warga muslim di Inggris. "Bukannya malah mengusir mereka dan membuat mereka merasa teralienasi," tuturnya.
THE GUARDIAN | DAILYMAIL | ANGELINA ANJAR SAWITRI
SERANGAN BALIK SETYA
PAPA MINTA SAHAM, Serangan Balik Setya ke Sudirman Mental
PAPA MINTA SAHAM, Alasan Polda Mentahkan Serangan Setya