TEMPO.CO, Tokyo - Sebuah kesatuan baru dari Kementerian Luar Negeri Jepang akan mulai mengumpulkan informasi tentang kelompok militan seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurut pemerintah Jepang, Jumat, 4 Desember 2015, pembentukan kesatuan baru ini menyusul serangan teror pada bulan lalu di Paris. Kesatuan akan dibentuk pada Selasa mendatang dengan staf terdiri atas 20 orang.
BACA: Paus Fransiskus Sebut Umat Kristen dan Islam Bersaudara
Jumlah para penelik sandi itu angka maksimal pekerja yang mengabdi di Kedutaan Jepang. Mereka bekerja bersama dalam operasi pengumpulan data intelijen oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan kepolisian.
"Sebagaimana ditunjukkan dalam serangan di Paris, situasi akibat serangan teror sangat parah," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, seperti dikutip Trust.Org.
Dia menjelaskan, pemerintahan Negeri Matahari Terbit harus melakukan langkah-langkah terbaik untuk mencegah serangan teror saat bekerja dengan komunitas masyarakat internasional.
BACA: Taktik Donald Trump Hancurkan ISIS: Lenyapkan Keluarganya!
Jepang diketahui menjadi tuan rumah serangkaian acara, seperti pertemuan puncak negara-negara yang tergabung dalam Kelompok Tujuh pada tahun depan, Piala Dunia Rugby 2019, dan Olimpiade 2020.
ISIS sendiri telah menewaskan dua sandera Jepang pada tahun ini setelah Perdana Menteri Shinzo Abe menjanjikan bantuan nonmiliter sebesar US$ 200 juta dolar bagi negara yang memerangi kelompok militan.
TRUST.ORG | MECHOS DE LAROCHA
BERITA MENARIK
Si Nenek Dikurung Selama 2 Tahun di Toilet, Ini Kisahnya
TERKUAK: Milisi ISIS Ada di Thailand, Siapa yang Diincar?