TEMPO.CO, San Bernardino - Kelompok pembela umat Islam terbesar di Amerika Serikat mengungkapkan, telah muncul berbagai macam ketakutan di kalangan kaum Muslim menyusul insiden penembakan di San Bernardino, California. "Sebuah masjid menerima ancaman kekerasan, sedangkan umat Islam mendapatkan cacian kebencian."
Ibrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) di Washington DC, pada Kamis, 3 Desember 2015, mengutuk pembunuhan terhadap sedikitnya 14 orang di San Bernardino. "Aksi individu itu berdampak pada umat Islam lainnya."
Otoritas AS mengatakan, mereka saat ini masih melakukan penyelidikan motivasi di balik penembakan yang dilakukan oleh Syed Farook, 28 tahun, dan istrinya Tashfeen Malik, 27 tahun. Sejumlah laporan menyebutkan, ketika melakukan aksinya, keduanya melengkapi diri dengan senjata berat berikut pistol, bom, dan amunisi.
SETYA NOVANTO TERJEPIT
Lagi, Fadli Zon Bela Setya: Minta Saham Hanya Omong Kosong!
Papa Minta Saham: 3 Sebab Riza Chalid Bisa Diseret ke MKD
Menyusul penembakan tersebut, New York Post--koran milik Rupert Murdoch--menurunkan tulisan di halaman depan berjudul "Para Pembunuh Muslim." Menurut Hooper kepada Al Jazeera, "Ini benar-benar keterlaluan, New York Post menggunakan halaman depannya untuk menyebar kebencian."
Dia menyebut koran tersebut "tidak bertanggung jawab", tapi dia menambahkan bahwa dirinya tidak terkejut sebab koran tersebut terkenal anti-Islam. "Kami yakin bahwa koran ini menghasut kebencian terhadap seluruh umat Islam, tidak hanya kepada pelaku serangan di San Bernardino."
Salah satu masjid yang mendapatkan ancaman kekerasan adalah Masjid Manassas di Virginia. Masjid ini menerima pesan suara dari seorang pria yang tak menyebutkan jati dirinya. Penelepon gelap itu mengatakan bahwa dia akan melakukan seperti yang terjadi di San Bernardino terhadap jamaah masjid.
Imam masjid, Abu Nahedian, mengatakan kepada Al Jazeera, dia menerima rekaman pesan telepon yang diteruskan dari telepon pribadi sesaat sebelum pukul 23.00 pada Rabu, 2 Desember 2015, waktu setempat, atau pukul 04.00 GMT, Kamis, 3 Desember 2015.
Nahedian mengatakan, dia melaporkan insiden tersebut kepada polisi yang selanjutnya menginvestigasi bunyi pesan telepon tersebut bekerja sama dengan Biro Federal Investigasi (FBI). "Saya menjadi imam masjid lebih kurang 20 tahun," ucap Nahedian. Pada 2014, Masjid Manassas mendapatkan serangan vandalisme.
Dia menyalahkan kurangnya pendidikan dan kesadaran terhadap Islam, seraya mengatakan bahwa orang-orang terdidik tahu bahwa "Kami sebagai Muslim juga menjadi korban kekerasan."
Nahedian menuturkan, para jamaah di masjid ini menjadi subyek kekerasan verbal dan ancaman lainnya sebelum serangan di San Bernardino. "Ini bagian dari jalan hidup kami," ucapnya. "Namun kami mengajarkan kepada jamaah agar bersikap baik kepada semua orang."
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN
BERITA MENARIK
PSK Maroko di Cisarua Ogah Melayani Pria Lokal
Begini Cerita Pembicaraan Rahasia Jokowi dan Sudirman Said