TEMPO.CO, Ankara - Turki tidak akan meminta maaf atas penembakan jet Rusia yang dianggap telah melanggar wilayah udara Turki di perbatasan Suriah pada Selasa, 24 November 2015. Hal tersebut disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN di Ibu Kota Ankara pada Kamis, 26 November 2015.
"Saya rasa jika ada sebuah pesta yang membutuhkan permintaan maaf, itu bukanlah kami," ucap Erdogan dari ibu kota Turki, Ankara. "Dalam hal ini, siapa yang melakukan pelanggaran terhadap wilayah kami, seharusnya merekalah yang meminta maaf. Pilot dan angkatan bersenjata kami telah melakukan tugasnya dengan baik guna merespons pelanggaran tersebut. Saya pikir itu esensinya."
Dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin komunitas di Ankara, Erdogan berujar, "Jika ada pelanggaran yang sama pada hari ini, Turki akan bersikap yang sama seperti yang dilakukan terhadap jet tempur Rusia."
Turki berkali-kali mengatakan penembakan jet tempur Rusia di wilayah perbatasan Suriah pada Selasa, 24 November 2015, setelah pesawat tersebut mengabaikan peringatan dan memasuki wilayah udara Turki.
Namun demikian, pernyataan Erdogan itu dibantah Rusia setelah co-pilot tempur Su-24, Kapten Konstantin Murakhtin, menyatakan kepada media bahwa dia tidak mendapatkan peringatan sama sekali dari otoritas Turki, baik melalui panggilan radio maupun secara visual.
Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, insiden penembakan jet Rusia bukanlah sebuah peristiwa yang muncul secara spontan. Lebih dari itu, yakni "sebuah provokasi yang direncanakan".
Menanggapi sikap Turki, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada wartawan di Moskow, Kamis, 26 November 2015, serangan yang dilakukan oleh Turki itu sangat tidak diharapkan. "Tak ada dalam benak kami melakukan serangan. Kami ingin Turki menjadi negara sahabat."
CNN | CHOIRUL AMINUDDIN
Baca juga:
Di Balik Heboh Freeport: Ayo Tebak, Setya Novanto Akan Tergusur?
Disebut Rizieq Lamar Nyi Kidul, Si Bupati:Istri Saya Saja...