TEMPO.CO, Berlin - Alex Assali pindah ke Jerman tahun lalu setelah melarikan diri dari kota kelahirannya Damaskus pada 2007 karena mengkritik rezim Bashar al-Assad secara online. Dia kini memasak nasi dan sup sebagai bagian dari proyek gereja yang ia dirikan untuk membalas kebaikan negara yang telah menawarkan tempat tinggal kepadanya.
Berbicara kepada i100.co.uk sebagaimana dikutip dari laman Independent, 24 November 2015, Assali menjelaskan bahwa sekitar 100 orang tunawisma berkumpul di Stasiun Alexanderplatz, tempat ia memasak setiap hari Sabtu.
"Banyak orang datang, dan saya selalu memasak untuk 100 orang. Tetapi orang yang datang untuk makan lebih dari jumlah itu. Kadang-kadang bahkan lebih banyak orang datang setelah saya selesai memasak," kata Assali.
"Biasanya mereka berdoa sebelum makan. Mereka berterima kasih pada Tuhan dan berdoa untuk saya. Beberapa kata-kata yang mereka katakan membuat saya menangis."
Assali adalah seorang Kristen yang mengatakan telah mengadopsi nama baru ketika melarikan diri ke Libya. Aktivitasnya ketika membantu memberi makan tunawisma difoto oleh temannya Tabeu Bu, yang juga membantu menjalankan amal tersebut.
Setelah Tabeu berbagi foto di halaman Facebooknya, foto itu menjadi viral dan diliput media Jerman. Banyak yang memuji kebaikan hatinya.
Tabeu Bu menjelaskan di Facebook: "Dia benar-benar telah kehilangan segalanya. Dia harus meninggalkan keluarganya di Suriah karena anggota ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) ingin membunuhnya."
"Meskipun ia tidak memiliki banyak, dia pergi ke jalan dan membagikan makanan untuk para tunawisma. Tuhan memberkati dia sehingga dia menjadi berkat bagi lebih banyak orang!" ujar Tabeu.
Assali mengatakan, sasaran mereka adalah untuk memberikan sesuatu kembali ke orang yang membantu mereka, yakni para pengungsi Suriah. Dia menegaskan keinginan untuk menjadi bagian positif dalam masyarakat Jerman, sekaligus menjadi warga Suriah dan Jerman yang membantu orang lain.
Assali datang ke Jerman melalui Lebanon, Siprus, Mesir, Sudan, dan Libya, tempat ia menetap dan bekerja di Universitas Tripoli untuk sementara waktu.
Di Lybia ia dikatakan membantu hingga 200 keluarga untuk mengungsi dari Suriah ke Libya selama Arab Spring sebelum anggota afiliasi ISIS memenjarakannya. Hal ini akhirnya memaksa dia melarikan diri ke Eropa dengan perahu. Setelah tiba di Italia, ia melakukan perjalanan ke Jerman. Dan pada Agustus 2015 ia mulai memberikan makanan untuk para tunawisma.
Jerman telah menjadi salah satu negara Eropa terkemuka dalam hal menerima para pengungsi perang di Timur Tengah, dan Assali mengatakan ia sekarang hanya ingin membayar sesuatu kembali ke negara yang telah memberinya rumah yang aman.
"Mimpi saya di masa depan adalah memiliki rumah besar untuk mendukung orang-orang ini dan melakukan sesuatu yang positif bagi mereka karena banyak dari mereka butuh seseorang untuk membimbing mereka dengan cara yang benar."
INDEPENDENT.CO.UK | MECHOS DE LAROCHA