Situasi itu berlanjut hingga Sabtu. Maria yang bekerja di toko pakaian jadi merek Zara di pusat perbelanjaan Woluwe Shopping Center menerima telepon dari bosnya untuk tidak datang bekerja Sabtu siang. "Hari Sabtu saya mendapat shift jaga toko jam 2 sore hingga jam 8 malam. Tapi bos saya mengabarkan bahwa semua toko di pusat perbelanjaan Woluwe Shopping akan tutup jam 12 siang. Jadi saya batal berangkat kerja."
Maria menambahkan, sejak itu Brussels menjadi seperti kota mati, apalagi di daerah tempat tinggalnya di kawasan Uni Eropa.
Suasana mencekam ini adalah kelanjutan dari situasi siaga 4 yang ditetapkan pemerintah Belgia sejak Jumat malam pekan lalu di kota Brussels. Sementara itu, seluruh pelosok Belgia ditetapkan sebagai daerah siaga 3.
Brussels siaga 4 ditetapkan pemerintah federal karena melihat situasi keamanan di Brussels yang kabarnya menjadi tempat persembunyian Salah Abdeslam dan sejumlah orang yang diduga ikut terlibat dalam aksi terorisme di Paris, Jumat dua pekan lalu.
Salah satu langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah dengan menutup semua lokasi rawan terorisme, seperti pusat perbelanjaan, ruang konser, bioskop, dan pusat olahraga sejak Sabtu siang.
Pada saat yang bersamaan, polisi federal juga mengimbau warga dan media-media setempat yang kebetulan menyaksikan aksi-aksi penggerebekan oleh polisi tidak menyebarkan informasi tentang lokasi kejadian di media sosial demi lancarnya strategi yang direncanakan, "Untuk alasan taktis dan keselamatan," seperti yang dilansir oleh siaran pers dari situs Polisi Federal Belgia.
Dan untuk melengkapi strategi itu, atas nama keselamatan warga pula, pada Minggu malam, ketika waktu menjelang pukul 21, serempak semua orang tua (termasuk Maria Ciancio) yang anaknya terdaftar di sekolah mulai tingkat dasar hingga tingkat universitas mendapat telepon yang tidak biasa dari para pendidik anak-anak mereka. Isi pesannya seragam, bahwa Senin, 23 November 2015, seluruh sekolah akan ditutup dan semua siswa diharapkan tinggal dirumah.
Stasiun bawah tanah ditutup...