TEMPO.CO, Paris - Perancis dilaporkan melakukan serangan udara terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah untuk kedua kalinya dalam beberapa hari sebagai pembalasan atas serangan teror di Paris, Jumat, 13 November 2015, yang menewaskan lebih dari 130 orang.
Situs berita Time mengutip Agence France-Presse, melaporkan, 17 November 2015, pasukan Prancis melanjutkan kampanye pengeboman udara di kota Raqqa yang dikendalikan ISIS pada Selasa pagi, waktu setempat. Berikut ini lima perkembangan yang menegangkan seputar konflik Prancis dan ISIS setelah teror di Paris.
1. Serangan Terus-Menerus ke ISIS
Selama 24 jam setidaknya Prancis telah melancarkan dua kali serangan ke jantung ISIS di Suriah. "Untuk kedua kalinya dalam 24 jam militer Prancis melakukan serangan udara terhadap Daesh (ISIS) di Raqqa, Suriah," kata Kementerian Pertahanan Prancis, sambil menambahkan bahwa 16 bom telah ditembakkan dan menghancurkan pusat komando dan pelatihan ISIS. Serangan ini diperkirakan akan terus berlangsung.
Presiden Hollande bertemu Menlu AS John Kerry (Getty Images)
Sebelumnya, Prancis telah menyerang beberapa sasaran ISIS di Raqqa pada Minggu malam, 15 November 2015, di mana jet menjatuhkan 20 bom menghantam gudang senjata dan sebuah kamp pelatihan milisi ISIS.
Presiden Prancis Francois Hollande juga telah memutuskan mengirimkan kapal induk Charles de Gaulle di sebelah timur Laut Tengah untuk mendukung operasi di Suriah. (Baca juga: Tekan ISIS, Presiden Prancis Kirim Kapal Induk)
2. Tekad Perang Presiden Prancis dan Bergabungnya Rusia
Prancis bertekad menghancurkan ISIS dan menyatakan keadaan sekarang sebagai perang. Presiden Francois Hollande mengatakan akan memperpanjang keadaan darurat serangan selama tiga bulan dan akan menyarankan perubahan kebijakan untuk melindungi warganya dengan lebih baik. Serangan Prancis melawan ISIS di Irak dan Suriah juga akan diintensifkan. (Baca: Presiden Prancis Bertekad Hancurkan ISIS, Ini Langkahnya)
Presiden Rusia Vladimir Putin pun menyatakan bergabung dengan Prancis untuk memerangi ISIS di Suriah. "Perlu menggandeng Prancis sebagai sekutu,” kata Putin, 17 November 2015. Pasukan Rusia dikabarkan telah meluncurkan rudal jarak jauh untuk menghantam Raqqa, jantung pertahanan ISIS. Langkah Rusia ini dilakukan setelah dipastikan sebuah bom telah meluluhlantakkan pesawat penumpang Metrojet di atas langit Mesir bulan lalu. (Baca juga: Giliran Rusia Balas Dendam ke ISIS Soal Metrojet Jatuh)
3. Memburu Dalang
Perburan terhadap orang-orang yang terlibat teror di Paris masih dilanjutkan. Media di Eropa sudah membeberkan dalang utama di balik teror Paris, yakni Abdelhamid Abaaoud. Sebelumnya, ia dituding terlibat dalam serangkaian serangan terencana di Belgia yang digagalkan polisi Januari silam. Tokoh lain yang juga diburu adalah Abdeslam Salah. (Baca juga: TEROR PARIS: Inilah Daftar Pelaku yang Tewas dan Buron)
4. Ancaman Bom di Stadion Hannover dan Maskapai Air France
Situasi di Eropa masih dilanda was-was menyusul serangkain teror di Paris. Pertandingan sepak bola persahabatan antara Jerman dan Belanda terpaksa urung dimainkan karena ada ancaman ledakan. Pertandingan itu semula akan mulai pada pukul 1.45 pagi WIB, 18 November. Kepolisian memerintahkan pengosongan stadion Hannover dua jam sebelum pertandingan dimulai. (Baca juga Ada Ancaman Ledakan, Laga Jerman Vs Belanda Mendadak Batal)
Maskapai penerbangan Air France terpaksa pula mendarat darurat setelah menerima laporan ancaman bom terhadap dua pesawat mereka Selasa malam lalu. Satu jet terbang dari Bandara Internasional Los Angeles harus mendarat di Salt Lake City, dan satu penerbangan lain dari Washington Dulles dekat Washington, DC, mendarat di Halifax, Nova Scotia, demikian dikatakan Air France (Baca juga: TEROR PARIS: Diancam Bom, Pesawat Air France Mendarat Darurat)
Tokoh ISIS mengancam Washington lewat video (Youtube)
5. ISIS Mengincar Washington, Amerika Siaga
Kelompok militan ISIS merilis video propaganda terbaru, memuji serangan di Paris dan mengancam negara-negara lain dalam koalisi internasional, yang melancarkan aksi pengeboman di Suriah dan Irak. Laman Independent, 16 November 2015, melaporkan video dirilis oleh Wilayat Kirkuk, kelompok pendukung ISIS asal Irak. Secara tersurat, kelompok ini mengatakan akan menyerang ibu kota Amerika Serikat, Washington DC. (Baca juga: Habis Teror Paris, ISIS Sebut Washington Sasaran Lanjutan)
Amerika Serikat dikabarkan bersiaga penuh dan menyokong tindakan Prancis. Dalam foto terbaru yang beredar di media sosial menunjukkan pesan "From Paris, With Love" telah ditulis pada peluru kendali (rudal) Amerika yang akan digunakan untuk menyerang ISIS. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, pesan tersebut berbunyi, "dari Paris, dengan cinta". Tapi soal tulisan di rudal ini belum dikonfirmasi ke pejabat militer Amerika. (Baca juga Rudal Amerika Ditulisi Pesan 'From Paris, With Love')
TIME.COM | INDEPNDENT | BBC| MECHOS DE LAROCHA