TEMPO.CO, Yangon - Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengisyaratkan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), telah memenangi pemilihan umum di negara itu. Ia mendesak pendukungnya untuk tidak memprovokasi lawan mereka yang didukung militer.
Dalam komentar pertamanya setelah pemilu pada Ahad, Suu Kyi mengatakan kepada para pendukung NLD bahwa hasil pemilu tidak akan diumumkan segera. Namun mereka sudah dapat memperkirakan hasilnya.
"Masih terlalu dini untuk mengucapkan selamat kepada kandidat kita yang akan menjadi pemenang," kata Suu Kyi, kini 70 tahun, seperti dikutip ABC News, Senin, 9 November 2015.
Juru bicara NLD, Win Htein, mengatakan partainya telah memenangkan 50-80 persen suara di 14 provinsi di Myanmar. "Komisi pemilihan masih harus memastikannya. Tapi kami sangat yakin tentang angka itu," kata dia kepada Associated Press.
ABC News melaporkan komisi pemilihan Myanmar masih melakukan penghitungan suara. Meski NLD diprediksi menang, jalan untuk membentuk pemerintahan baru yang dipimpin Suu Kyi dipastikan akan sulit. Suu Kyi masih terbentur aturan larangan mencalonkan diri sebagai presiden.
Pemungutan suara ini disebut sebagai yang paling bebas dan terbuka yang pernah terjadi di Myanmar. Sekitar 30 juta pemilih telah memberikan suara untuk pertama kalinya, termasuk Suu Kyi.
Pemilu Myanmar kali ini juga menuai kritik dari pengamat internasional. Sebab, sekitar 500 ribu pemilih yang berhak dari 1,3 juta penduduk minoritas muslim Rohingya di negara itu dilarang berpartisipasi. Pemerintah menganggap mereka sebagai orang asing, meski telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.
ABC NEWS | MECHOS DE LAROCHA