TEMPO.CO, ST PETERSBURG - Satelit sinar inframerah milik Amerika Serikat mendeteksi percikan panas saat pesawat Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, akhir pekan lalu. Hal ini diungkapkan seorang pejabat AS kepada NBC News pada Selasa lalu. Intelijen Amerika yakin percikan itu adalah ledakan pesawat tersebut, baik yang disebabkan oleh ledakan tangki bahan bakar atau bom yang ditempatkan di dalam pesawat.
Pencitraan satelit yang sama juga menampik kemungkinan bahwa ledakan adalah akibat serangan rudal dari darat ke udara. “Jadi, spekulasi bahwa pesawat ini ditembak oleh rudal terbantahkan,” kata sang pejabat.
Keterangan senada datang dari pejabat lain di Kementerian Pertahanan AS. Menurut NBC News, satelit pengintaian AS mendeteksi "percikan atau ledakan" di udara, di atas Semenanjung Sinai, pada saat yang bersamaan dengan kecelakaan pesawat. Menurut sang sumber, "Pesawat tercerai-berai di posisi yang sangat tinggi."
SIMAK: Mengapa Pesawat Rusia Turun 31.000 Kaki dalam 23 Menit?
Berdasarkan hasil pencitraan ini, tim penyelidik mulai berfokus kepada siapa saja yang memiliki akses memasuki pesawat sebelum terbang. Seorang sumber di Bandara Sharm el-Sheikh mengatakan kepada NBC News bahwa pihak keamanan Mesir mulai menanyai siapa pun yang masuk ke terminal keberangkatan, termasuk pihak katering dan layanan pembersih bandara.
Data intelijen Amerika menunjukkan, tak satu pun penumpang maupun awak kabin masuk dalam daftar teroris.
Pesawat Metrojet Airbus A321-200 milik maskapai Rusia, Kogalymavia, jatuh pada Sabtu lalu, setelah 23 menit lepas landas dari Kota Sharm el-Sheikh, Mesir. Seluruh penumpang dan awak pesawat sebanyak 224 orang tewas. Pesawat Rusia tersebut jatuh dalam perjalanan menuju St. Petersburg, Rusia.
Para penyelidik menelaah berbagai hal yang mungkin menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Tim tersebut dipimpin oleh Mesir dan melibatkan ahli dari Rusia, pihak Airbus, serta Irlandia, negara tempat pesawat tersebut terdaftar. Namun pemeriksaan terhadap data kotak hitam pesawat ini belum selesai. Kepala Badan Penerbangan Federal Rusia Aleksandr Neradko mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi mengenai penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
SIMAK: Jatuh di Sinai, Metrojet Rusia Itu Diduga Patah di Udara
Sedangkan, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengatakan klaim keterlibatan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam tragedi itu hanyalah propaganda. Menurut dia, itu hanyalah upaya untuk merusak stabilitas dan keamanan Mesir. “Percayalah, situasi di Sinai, terutama di daerah yang terbatas ini, berada di bawah pengawasan penuh kami,” ujar Sisi.
AP | NBC NEWS | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI