TEMPO.CO, Jakarta – Mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengingatkan pentingnya peran kepemimpinan Indonesia untuk mempersatukan sikap ASEAN, terutama untuk mencari penyelesaian damai atas potensi konflik.
Marty, yang pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN 2011 pernah menyatakan bahwa Indonesia tidak akan membiarkan kawasan menjadi perebutan negara-negara besar, menegaskan kebersatuan ASEAN adalah hal yang mutlak bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.
“Hanya kebersatuan ASEAN yang dapat mencegah adanya suatu celah yang akan dipertajam bahkan dimanfaatkan oleh negara-negara besar, sehingga kawasan Asia Tenggara menjadi ajang persaingan di antara mereka,” kata Marty, yang sedang berada di Vietnam, lewat pesan pendek kepada Tempo, Rabu, 4 November 2015.
Pertemuan menteri pertahanan negara-negara ASEAN pada hari ini gagal mencapai konsensus, terutama terganjal isu Laut Cina Selatan. Dalam pertemuan yang juga dihadiri Menteri Pertahanan Cina dan Amerika Serikat itu, Menteri Pertahanan Malaysia dan Filipina mendukung patroli Angkatan Laut Amerika. Sedangkan Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu menyatakan Amerika Serikat harus mematuhi hukum laut saat melakukan patroli.
Negara-negara ASEAN juga pernah gagal mencapai konsensus soal Laut Cina Selatan dengan Cina. Pada Agustus 2012, para menteri luar negeri ASEAN terpaksa menunda pernyataan bersama. Pada saat itu, Marty—yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI—melakukan diplomasi ulang-alik (shuttle diplomacy) agar konsensus akhirnya dapat tercapai.
Dalam pesan pendeknya kepada Tempo, Marty mengingatkan bahwa kepemimpinan Indonesia di ASEAN sebagai faktor pemersatu sikap ASEAN yang memilih penyelesaian damai atas potensi konflik adalah sangat penting.
NATALIA SANTI