TEMPO.CO, Taipei - Presiden Taiwan Ma Ying-jeou akan bertemu dengan rekannya, Presiden Republik Rakyat Cina Xi Jinping, di Singapura, Sabtu, 7 November 2015. Jika jadi terlaksana, peristiwa tersebut merupakan pertama kalinya pemimpin kedua bangsa yang berseteru sejak berakhirnya Perang Saudara pada 1949 itu berjumpa.
"Kedua presiden akan bertukar pandangan mengenai isu lintas selat," kata juru bicara Ma, Charles Chen, Selasa, 3 November 2015. Chen mengacu pada garis perairan yang memisahkan Cina daratan dengan Taiwan.
Kantor Urusan Kabinet Taiwan membenarkan kabar seputar pertemuan bersejarah itu, sebagaimana dikutip kantor berita resmi Cina, Xinhua.
Pertemuan mengejutkan ini dirancang menyusul hubungan hangat dengan Beijing sejak Ma, pemimpin Partai Kuomintang, berkuasa pada 2008. Adapun partai politik oposisi Taiwan, Partai Progresif Demokratik (DPP), meminta Ma menenangkan kecemasan atas rencana pertemuannya dan meyakinkan masyarakat bahwa pertemuan itu tidak berdampak pada status Taiwan.
Calon Presiden DPP, Tsai Ing-wen, yang menginginkan Taiwan menjadi negara merdeka dan berdaulat, mengatakan pengumuman rencana pertemuan di Singapura itu telah merusak demokrasi. "Saya yakin masyarakat di seluruh negeri ini, termasuk saya, merasa terkejut," ucapnya kepada wartawan.
ALJAZEERA | REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN