TEMPO.CO, Rangoon - Sebanyak 10.500 pengamat lokal dan internasional dilaporkan telah berada di Myanmar untuk memantau pemilihan umum negara itu pada 8 November 2015. Menurut Komisi Pemilihan Umum Union (UEC), di antara 10.500 pengamat, 1.118 berasal dari perwakilan diplomat atau badan pemantau pemilu internasional dan 9.406 berasal dari organisasi pengamat lokal.
Selain itu, sebanyak 290 personel media dari 45 organisasi media asing juga akan meliput Pemilu. Dalam pernyataan pada Selasa, 3 November 2015, UEC menyerukan pengamat mematuhi kode etik komisi serta hukum di Myanmar.
Sebagaimana dilansir dari laman Xinhuanet.com, UEC menetapkan dua pusat informasi yang akan mengumumkan hasil Pemilu, yakni Pusat Perdamaian Myanmar Yangon dan Kantor UEC Nay Pyi Taw.
Pemilu Myanmar dianggap sebagai pemilu demokratis pertama sejak negara dikuasai otoritas militer. Sebanyak 6.040 calon anggota parlemen bersaing memperebutkan sekitar 1.163 kursi pada tingkatan yang berbeda. Calon tersebut berasal dari 91 partai politik dan politikus independen.
Tingkatan parlemen itu adalah Dewan Perwakilan Rakyat (Majelis Rendah), Majelis Tinggi, Parlemen Daerah atau Negara, yang melibatkan perwakilan etnis. Dari 1.163 kursi, 330 kursi adalah untuk Majelis Rendah, 168 untuk Majelis Tinggi, 636 untuk Parlemen Daerah atau Negara, dan 29 perwakilan etnis.
Xinhuanet mencatat ada 32 juta pemilih yang tercatat berhak ikut memilih di Pemilu 8 November 2015.
XINHUANET.COM | MECHOS DE LAROCHA