TEMPO.CO, Beirut - Hampir setiap malam di Beirut, sekelompok anak keluar dari tempat mereka menuju hiruk pikuk jalanan di antara mobil yang bergerak. Mereka terlihat berjinjit saat mengintip melalui jendela kendaraan dalam upaya menarik minat sopir mengeluarkan satu atau dua dolar.
Mereka adalah anak-anak pengungsi Suriah, yang mencari nafkah bagi keluarga, bekerja sepanjang malam menjual bunga dan menyemir sepatu. Mereka rata-rata berasal dari keluarga yang terjebak dalam pelarian di Lebanon.
Remaja antara 11 hingga 19 tahun itu telah ditandai sering mangkal di sepanjang bentangan bar dan restoran antara Gemmayzeh dan Mar Mikhael.
Salah seorang di antaranya, Abdullah, tampak menarik dalam-dalam sebatang rokok tapi sambil mengisap ibu jari. Dia bergantian melakukan dua kebiasaan itu. Dia mengatakan usianya 13 tahun walau terlihat jauh lebih muda. Ia ingat pertama kali menjual bunga di Beirut, setelah melarikan diri dari rumahnya di Aleppo bersama keluarga hampir lima tahun lalu.
"Saya takut bahwa seseorang akan datang dan merampok saya atau melakukan sesuatu pada saya," kata Abdullah.
Saudara Abdullah, Aboudi yang setahun lebih tua dan tidak pernah jauh dari adiknya.
"Kami dulu memiliki kehidupan yang baik di Suriah. Kami memiliki teman-teman, hidup penuh arti. Saya akan senang kembali ke Suriah," katanya. "Nenek saya masih ada. Saya punya dua paman. Salah satunya tewas dan yang lainnya diculik. Kami tidak tahu apakah dia sudah mati atau tidak. "
Situs berita Guardian, 29 Oktober mengatakan bahwa sementara aliran pengungsi Suriah ke Eropa terus bertambah. Lebanon tetap menjadi negara kedua setelah Turki yang menjadi tujuan pengungsi Suriah.
Nasib mereka yang melarikan diri dari perang berada dalam ketidakpastian di Beirut. Wanita dengan balita mengemis dalam keheningan di tengah kota. Gadis - gadis kecil mengintip dari jendela mobil dengan harapan mendapatkan beberapa koin.
Aboudi, Abdullah dan sekitar enam atau tujuh anak laki-laki lain adalah contoh dari perjuangan anak-anak korban perang dalam mempertahankan hidup.Di malam hari mereka berkumpul di sekitar seorang anak Suriah yang lebih tua yang menyebut dirinya Double A.
"Saya bertemu dengan Aboudi dan Abdullah dan mulai mengajar mereka mana yang benar dan apa yang salah, dan dari waktu ke waktu saya menjadi bos, tidak seperti gangster, bos yang memandu anak-anak dan mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan," katanya.
Menurutnya, seperti kebanyakan pengungsi Suriah lain yang melarikan diri ke Lebanon, Aboudi dan Abdullah sulit menemukan pekerjaan. Jika beruntung, di malam yang baik anak-anak dapat menghasilkan hingga £ 10 atau sekitar 200 ribu rupiah.
THE GUARDIAN | MECHOS DE LAROCHA
Artikel Menarik:
Jose Mourinho Terpuruk Gara-gara Wanita Cantik
Mourinho Terseruduk Kambing Hitamnya Sendiri