TEMPO.CO, Naypidaw - Pemilu Myanmar akan berlangsung 8 November 2015. Menghadapi pemilu, kepolisian merekrut 40 ribu warga sipil menjadi anggotanya untuk mengawal pelaksanaan pemilu di seluruh negeri. Mereka yang akan direktur adalah mantan personel polisi dan para pekerja konstruksi.
"Kami tidak memberi mereka senjata, karena orang lain mungkin merasa terancam," kata Jenderal Kyi Soe, pejabat Kepolisian Myanmar Force, seperti dilansir Channel News Asia, Rabu, 28 Oktober 2015.
Soe menyebut polisi dadakan hanya akan diperkerjakan selama sebulan. Mereka dilatih menghadapi kondisi-kondisi darurat di tempat pemungutan suara. "Ketika polisi dan tentara dikerahkan di TPS, orang-orang mungkin salah paham. Itu sebabnya, kami merekrut warga sipil biasa sebagai polisi khusus untuk keamanan."
Para petugas polisi khusus akan dibayar sekitar US$ 1 per hari dan akan menerima sekitar US$ 120 setelah satu bulan bekerja. Beberapa warga yang bergabung mengatakan mereka menggunakan ini sebagai batu loncatan untuk bergabung dengan kepolisian secara permanen.
"Saya tertarik dengan pekerjaan sebagai seorang polisi, dan saya ingin membantu orang," ujar Yan Naing Shin, warga yang masuk menjadi polisi khusus di Mandalay. "Saya ingin mengalami menjadi seorang perwira polisi dalam satu bulan ini. Saya ingin membantu menjaga perdamaian."
Sedangkan seorang pensiunan tentara menyatakan bersemangat dengan profesi sementaranya sebagai polisi khusus.
"Orang-orang berpikir saya sudah tua. Saya seorang pensiunan tentara. Saya yakin saya bisa bekerja dengan baik sebagai polisi khusus," tutur Ye Lwin.
CHANNEL NEWS ASIA | MECHOS DE LAROCHA