TEMPO.CO, Jeddah - Meskipun poligami, memiliki istri lebih dari satu, sudah lazim di Arab Saudi, namun sejumlah kaum belia yang diwawancarai Arab News menolaknya.
Huma Sayeed, 27 tahun, salah seorang perempuan Arab Saudi berpendapat bahwa sejumlah perempuan dinikahi oleh kaum lelaki untuk dijadaikan istri karena mereka takut tidak mendapatkan jodoh, terutama seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan yang belum menikah di Kerajaan.
Dia melanjutkan, beberapa perempuan mengeluh karena mereka tidak bisa mencegah suaminya menikah lagi dengan perempuan lain, "Meskipun mereka terang-terangan menolak ulah suaminya," ucapnya. Sayeed mengklaim bahwa perempuan Arab Saudi kini kian vokal menolak poligami. "Mereka tidak ingin berbagi suami dengan perempuan lain." Menurutnya, poligami dapat menimbulkan tekanan emosi dan masalah dalam keluarga.
Beberapa orang yang ditemui Arab News menyatakan bahwa mereka tidak menentang poligami tetapi mereka melihat banyak lelaki yang memiliki banyak istri tidak sanggup memperlakukan para istrinya secara adil sebagaimana diajarkan dalam Quran.
Mereka mengatakan, banyak pula pria tidak beristri lebih dari satu karena pertimbangan sederhana yakni meningkatnya biaya hidup di Kerajaan. Salah seorang pria itu adalah Mohammed Jibrael. Lelaki 30 tahun itu mengatakan, "Poligami dulu dipraktikan oleh banyak pria sehingga mereka memiliki banyak anak dengan harapan dapat mendukungnya secara finansial. Tetapi sekarang ini dengan kehidupan sehari-hari yang penuh tekanan dan meningkatnya biaya hidup, memiliki banyak istri sama dengan mencari masalah dalam hidup Anda."
Jibrael menerangkan, sementara poligami dilakukan banyak orang menghindarinya sebab rumah tangga yang terpisah kerap menimbulkan emosi dan tekanan keuangan dalam keluarga.
Pemuda lain yang menentang poligami adalah Ahmed R., 25 tahun. Menurutnya tidak semua orang cocok dengan poligami. Ahmed menuturkan, ayahnya menikah dengan dua istri dan berusaha keras membahagiakan kedua istrinya. "Ibu saya adalah istri kedua. Setiap melakukan sesuatu untuk ibu saya selaku istri kedua, ayah merasa bersalah karena menikah lagi. Hal tersebut kerap menimbulkan pertengkaran kecil," ucapnya.
"Pada akhirnya, ayah menceraikan ibu saya sebab beliau tidak sanggup merawat kedua istrinya," tambahnya. Dia mengatakan, pria yang menikah lagi seringkali tak sanggup memperlakukan istrinya setara dan berbagi waktu secara adil dengan setiap istrinya. Ada pula risiko membawa penyakit," tuturnya.
Sejumlah pemuda yang ditemui Arab News mengatakn, di masa lalu, banyak istri dan anak adalah sebuah pandangan modern. Kini, pandangan terebut sudah tak banyak dilakukan orang.
Sohail yang tinggal di Jeddah mengatakan, orang-orang muda Arab Saudi tidak ingin menambah masalah dalam kehidupan mereka, misalnya dengan memiliki keluarga besar yang dapat menimbulkan masalah keuangan. Menurut studi yang dilakukan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, pria yang memiliki banyak istri rentan dengan risiko penyakit jantung.
ARAB NEWS | CHOIRUL AMINUDDIN