TEMPO.CO, Washington - Para peretas yang berasosiasi dengan Pemerintah Cina dilaporkan mencoba meretas setidaknya tujuh perusahaan Amerika Serikat dalam tiga minggu terakhir, sejak Washington dan Beijing sepakat untuk tidak memata-matai satu sama lain di wilayah komersial. Demikian pernyataan sebuah perusahaan keamanan AS terkemuka.
Adalah CrowdStrike Inc. mengatakan piranti lunak mereka mendeteksi dan menangkal serangan hacker di lima perusahaan teknologi AS dan dua perusahaan farmasi, yang dimulai sejak 26 September 2015.
Sebelumnya, pada 25 September, Presiden AS Barack Obama dan Presiden Cina Xi Jinping sepakat untuk memberantas praktek pencurian rahasia perusahaan sebagai upaya meningkatkan bisnis dalam negeri.
Perjanjian itu selain memutuskan untuk membatasi aksi intelijen untuk memperoleh rahasia negara, juga rahasia dari para pengusaha swasta.
Pendiri CrowdStrike, Dmitri Alperovitch, dalam sebuah wawancara yang dilansir Reuters, 19 Oktober 2015 menyatakan, ia percaya peretas ketujuh perusahaan Amerika itu berafiliasi dengan Pemerintah Cina. Kesimpulan itu sebagian didasarkan temuan server dan piranti lunak yang mereka gunakan.
Baca Juga:
Alperovitch menyatakan perangkat lunak itu adalah program yang dikenal sebagai Derusbi, yang sebelumnya muncul dalam serangan di kontraktor pertahanan Virginia Vae Inc dan perusahaan asuransi kesehatan Anthem Inc. Dia mengatakan peretas berasal dari berbagai kelompok. Salah satunya, yang sebelumnya dinamakan CrowdStrike sebagai Deep Panda.
"Manfaat utama dari gangguan ini tampaknya jelas untuk memfasilitasi pencurian kekayaan intelektual dan rahasia dagang dan bukan untuk melakukan pengumpulan data intelijen terkait keamanan nasional," kata CrowdStrike dalam posting blog yang diterbitkan pada Senin.
Hingga pernyataan tersebut dikeluarkan, laman Reuters menyatakan belum ada tanggapan resmi dari Kementerian Luar Negeri Cina.
CrowdStrike mengatakan telah memberitahu Gedung Putih ihwal temuan itu, tetapi menolak untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang ditargetkan.
Seorang pejabat senior pemerintah Obama mengatakan, pemerintah menyadari temuan CrowdStrike. "Sebagaimana kami bergerak maju, kami akan memantau aktivitas dunia maya Cina dan menekan Cina untuk mematuhi semua komitmennya," kata pejabat yang tidak ingin diidentifikasi.
Namun, saat CrowdStrike menyimpulkan serangan sebagai upaya mencuri rahasia dagang, perusahaan keamanan cyber AS lain, FireEye Inc, mengatakan peretas Cina yang disponsori negara, berdasarkan pantauan masih aktif. Mereka juga menyatakan terlalu dini untuk mengatakan jika tujuan itu telah bergeser.
"Ini terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa aktivitas singkat itu merupakan aktivitas spionase ekonomi," kata juru bicara FireEye, Vitor De Souza.
REUTERS | MECHOS DE LAROCHA